SuaraKalbar.id - Pandemi Covid-19 memukul kehidupan rakyat kecil seperti Suyanto, warga perbatasan Indonesia-Malaysia di Entikong, Sanggau, Kalimantan Barat.
Untuk bertahan hidup, Suyanto mengais rezeki dengan menyadap karet di perkebunan. Dari tetesan karet itu, ia menghidupi keluargnya.
Perjuangan ekstra keras harus dilakukannya. Mulai pukul 05.00 WIB, ia sudah menyadap satu per satu pohon karetnya di Dusun Semeng, Desa Semanget, Kecamatan Entikong.
Ayah tiga anak itu mengumpulkan tetes demi tetes karet untuk ditukar menjadi lembaran rupiah. Apalagi setelah harga lada anjlok, karet menjadi komoditi andalan warga perbatasan.
Baca Juga: Masa Pandemi, Polda Sumbar Ingatkan Leasing Tak Tarik Paksa Kendaraan
"Ini satu-satunya cara kami diperbatasan untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19, karena dampak Covid-19 ini memukul perekonomian masyarakat, ungkap Suyanto kepada Suarakalbar.co.id (jaringan Suara.com).
Bekerja menjadi petani karet bukan hal baru bagi Suyanto. Sejak muda, ia sudah terbiasa melakukannya.
Namun ia bercerita, harga karet saat ini jauh lebih rendah dibandingkan beberapa tahun silam. Hal ini menjadi dilema tersendiri bagi para petani.
“Harga karet saat ini tidak sebagus 5 tahun lalu, sekarang untuk jinton (kepingan karet) sekitar Rp7.000 per kilogram. Warga di perbatasan lebih memilih membuat jinton ketimbang karet kepingan karena harga tidak jauh berbeda,," sambungnya.
Tak hanya itu, kondisi alam juga menjadi kendala bagi Suyanto. Ia menuturkan, saat curah hujan tinggi seperti sekarang hasil sadapan karet tidak maksimal.
Baca Juga: Kampanye Tatap Muka Masih Jadi Pilihan, Bawaslu Keluarkan 839 Peringatan
"Kalau musim hujan begini, (kualitas) getah yang dihasilkan tidak sebagus waktu kemarau," tambah Suyanto.
Sementara hasil sadapan karet ini yang dikumpulkannya tidak bisa langsung dijual ke pengepul. Sebab, getah hasil sadapan itu harus diolah menjadi jinton terlebih dahulu, baru bisa dijual.
“Hasil sadapan karet yang diolah menjadi jinton akan dijual kepada pengepul setelah terkumpul dalam satu pekan,” ucapnya sembari bersandar di sebatang pohon karet.
Untuk makan sehari-hari Suyanto menghemat dari Bantuan Sosial Tunai (BST) pemerintah sambil menunggu kepingan karetnya dibeli pengepul.
Terlepas dari semuan kesulitan dan dilema, Suyanto bersyukur masih ada karet yang bisa digunakannya untuk menyambung hidup di tengah pandemi saat ini.
Berita Terkait
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
-
Dampak Lanjutan Pandemi Covid-19 di Australia: Total Ada 8.400 Meninggal Dunia
-
Peroleh Julukan Bapak Pengendali Inflasi, Mendagri Tito Karnavian Menyebutkan Ilmu Pandemi COVID-19
-
Cegah Pelanggaran dan Tingkatkan Sinergi untuk Menjaga NKRI dengan Menggelar Operasi Gabungan
Terpopuler
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Beda Respons Ariel NOAH dan Raffi Ahmad Kunjungi Patung Yesus Sibea-bea
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Innalillahi, Elkan Baggott Bawa Kabar Buruk Lagi H-1 Timnas Indonesia vs Jepang
Pilihan
-
Penyerangan Brutal di Muara Komam: Dua Korban Dibacok, Satu Tewas di Tempat
-
Kata Irfan Setiaputra Usai Dicopot Erick Thohir dari Dirut Garuda Indonesia
-
5 Rekomendasi HP Rp 6 Jutaan Spek Gahar, Terbaik November 2024
-
Lion Air Bikin Aturan Baru Mulai 1 Desember: Bawa Kardus Besar, Siap-Siap Rogoh Kocek Lebih Dalam!
-
Emiten Leasing Boy Thohir PHK Ribuan Pekerja dan Tutup Kantor
Terkini
-
2 Pendulang Emas Tewas Tertimbun Tanah di Perkebunan Sawit Kapuas Hulu
-
Gagal Beraksi! 2 Pengedar Diciduk di Kubu Raya
-
Tragis! Pejalan Kaki Tewas Tertabrak Motor di Adisucipto Kubu Raya
-
Gara-Gara Lupa Kunci Stang, Mio GT Raib Digondol Maling di Kubu Raya
-
8 Pesona Tarian Khas Kalimantan Barat: Sebuah Perjalanan Menuju Jiwa Borneo