SuaraKalbar.id - Pandemi Covid-19 masih menghantui warga. Di tengah kondisi ini, serapan dana penanganan Covid-19 di sejumlah daerah dianggap masih rendah seperti di Kalimantan Barat (Kalbar).
Realisasi penggunanan dana Covid-19 di Kalbar diterangkan Direktoral Jenderal Perbendaharaan (DJPB) baru mencapai 13.39 persen dari total anggaran Rp 891,38 miliar hingga 17 Juli 2021.
Oleh karena itu, Pemprov Kalbar diminta untuk segera mengoptimalkan penggunaan dana Covid-19 demi warga.
"Kami meminta pemerintah daerah untuk mengoptimalkan dana tersebut supaya penanganan pandemi Covid-19 lebih maksimal," ungkap Kepala DJPB Edih Mulyadi, Senin (27/7/2021) seperti dikutip dari Antara.
Edih menyebutkan ada beberapa faktor yang membuat terhambatnya realisasi dana penanganan Covid-19 di Kalbar, di antaranya refocusing anggaran baru pada bulan Maret dan pencairan insentif tenaga kesehatan yang dianggap pemerintah daerah agak ruwet.
Selain itu, kasus Covid-19 yang fluktuatif, mekanisme pengadaan melalui lelang yang memerlukan waktu, serta sumber daya manusia yang terlalu diarahkan untuk pelayanan kesehatan.
"Hal lainnya pelaporan yang lambat, dalam artian pembayarannya sudah dikerjakan tetapi pelaporannya lambat dibuat," sambungnya.
Ia menyebutkan ketentuan dana penanganan Covid-19 yang bersumber dari dana alokasi umum (DAU) tersebut minimal 8 persen. Capaian terbesar di Kalbar adalah belanja kesehatan, sementara yang paling kecil adalah realisasi kelurahan.
Penggunaan dana ini diharapkan dapat segera direalisasikan, terlebih Kalbar menjadi salah satu provinsi yang menjadi perhatian pemerintah pusat karena kasus Covid-19 masih cukup tinggi.
Baca Juga: Mardani Kritik Mahfud MD soal Kasus Covid-19 Mengharukan: Mestinya Menteri Menyejukkan
Apabila daerah tidak bisa mengalokasikan sebesar 8 persen DAU untuk menangani Covid-19, lanjut Edih, mereka harus mengalokasikannya dari APBD. Namun, sejauh ini hampir semua pemerintah daerah di Kalbar telah memenuhi alokasi sebesar itu.
Dia melanjutkan, penggunaan DAU untuk penanganan Covid-19 itu, diharuskan terhadap lima jenis komponen, yakni penanganan bagi yang terkonfirmasi positif, vaksinasi, dana bagi kelurahan untuk penanganan pandemi, insentif tenaga kesehatan, dan belanja kesehatan lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaik November 2025, Cocok Buat PUBG Mobile
-
Ratusan Hewan Ternak Warga Mati Disapu Awan Panas Gunung Semeru, Dampak Erupsi Makin Meluas
Terkini
-
4 Pejabat KPU Karimun Ditetapkan Jadi Tersangka Korupsi Dana Hibah
-
Kepala Patung Soekarno di Indramayu Miring gegara Tertimpa Tenda
-
Pawai Cap Go Meh 2026 di Pontianak Digelar Setelah Salat Tarawih
-
BRI Perkokoh Kemitraan Strategis dengan SSMS untuk Tingkatkan Skala dan Keberlanjutan Industri Sawit
-
151 Penyandang Disabilitas Terima Paket Sembako dan Nutrisi