Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 30 September 2021 | 08:05 WIB
M Natsir (kiri) dan DN Aidit (kanan).

SuaraKalbar.id - Kenapa gerakan 30 September 1965 atau G30SPKI atau G30S PKI pecah di Indonesia. Gerakan itu disebut biangnya adalah Partai Komunis Indonesia atau PKI.

G30S PKI atau Gerakan 30 September merupakan salah satu peristiwa yang akan selalu teringat di dalam benak bangsa Indonesia. Gerakan tersebut menewaskan 6 Jenderal dan satu perwira militer Indonesia.

Dalam sejarah disebutkan, G30S dipimpin oleh DN Aidit yang kala itu menjabat sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia.

Lantas apa faktor penyebab G30S PKI? Berikut adalah ulasan yang akan membahas tentang penyebab dibalik terjadinya peristiwa G30S PKI.

Baca Juga: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila dan Maknanya bagi Bangsa Indonesia

Penyebab G30S PKI

Ada beberapa hal yang menyebabkan peristiwa G30S PKI. Berikut ini penjelasannya.

1. Beredar isu kudeta Presiden Soekarno

Presiden Soekarno [Instagram Soekarno_Presidenku]

Berangkat dari tersebarnya kabar burung yang merebak luas tentang adanya sekelompok Jenderal atau Dewan Jenderal yang disebut hendak melakukan gerakan kudeta terhadap Presiden Soekarno.

Usut punya usut informasi ini tersebar dari beberapa rekan militer yang ternyata merupakan simpatisan PKI. Hal ini dijelaskan dalam sebuah buku yang ditulis oleh Peter Kasenda berjudul "Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI" pada 2016.

Baca Juga: Mbah Min dan Unjuk Rasa PKI di Perkebunan Djengkol

2. Perpecahan di dalam badan militer

Faktor penyebab G30S PKI adalah bahwa saat itu di dalam badan militer sudah terjadi perpecahan yang menyebabkan terjadinya pembagian faksi yang bertujuan untuk saling memperebutkan kekuasaan dan pengaruh. Di dalamnya ada sebagian kecil yang juga berperan sebagai simpatisan PKI.

Selain itu, PKI merupakan salah satu partai yang cukup berpengaruh kala itu. Beberapa kadernya juga menduduki kursi dewan dan kursi pejabat.

Selain faksi yang menjadi simpatisan ada juga faksi yang berdiri dengan faham anti PKI. Faksi inilah yang pada akhirnya setia kepada Soekarno. Di faksi inilah diyakini Dewan Jenderal bersarang.

3. Terpengaruh Perang Dingin

Agenda kudeta yang dilakukan oleh PKI di Indonesia tidak terlepas dari efek samping terjadinya perang dingin antara Uni Sovie (komunis) dan Amerika Serikat (kapitalis).

Sedangkan pada tahun 1960-an Presiden Soekarno lebih cenderung untuk memihak blok Soviet, sedangkan Dewan Jenderal diasumsikan lebih pro ke pihak blok barat sehingga ada sebuah spekulasi untuk menyingkirkan Presiden Soekarno kala itu.

Berdasarkan asumsi tersebut para perwira militer yang loyal kepada Sukarno bergerak secara diam-diam untuk mencegah kudeta.

Singkat cerita, pasukan tak kenal ampun ini berhasil menculik 6 (enam) Jenderal, yakni Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan dan Brigjen Sutoyo. Namun dikarenakan perencanaan dan eksekusi rencana yang kurang matang membuat rencana gagal total, hasilnya adalah dibunuhnya para Jenderal.

Ada Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa), dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).

Mereka didukung oleh Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI. Daftar jenderal yang jadi sasaran disusun oleh Sjam bersama para perwira militer. Mereka berencana "menculik" para jenderal dan membawanya ke hadapan Presiden Sukarno.

(Dhea Alif Fatikha)

Load More