Kendati tak banyak tercatat dalam buku-buku sejarah, kiprah Muhammad Hatta Lukman dalam pergerakan sudah ada sejak masa penjajahan Jepang.
Bersama DN Aidit, dia ikut mendirikan gerakan antifasis Jepang yang diberi nama Gerakan Indonesia Merdeka (Gerindom). Namun tidak ada catatan bagaimana Lukman pertama kali bertemu DN Aidit.
"Sejak tahun 1945, Lukman sudah aktif terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menjelang proklamasi kemerdekaan, dia juga ikut dalam pergerakan pemuda Jakarta dan peristiwa Rengasdengklok," ujarnya.
Wijanarto menengarai keaktifan Muhammad Hatta Lukman dalam pergerakan dan perjuangan kemerdekaan menurun dari ayahnya, KH Muklas. Selain seorang tokoh agama, KH Muklas merupakan tokoh pergerakan pada 1926 di Tegal.
"Ayahnya itu kiai, guru ngaji dan aktivitas pergerakan kiri. Dia itu bisa dibilang Haji Misbach-nya Tegal," ujarnya.
Baca Juga: Peristiwa 1965: Warga Pekanbaru Turun ke Jalan, Ketua PKI Riau Dihukum Mati
KH Muklas adalah pimpinan Sarekat Rakjat di Jatinegara, Kabupaten Tegal. Dia menggerakkan protes dan perlawanan terhadap kenaikan pajak pasar yang dibebankan pemerintah kolonial Belanda.
"Kiprahnya dalam pergerakan melawan Belanda membuat kiai Muklas ditangkap dan dibuang ke Boven Digul pada 1927. Dia juga satu-satunya tahanan politik di Tegal yang dibuang sampai ke Cowra, Australia setelah dibuang ke Bovel Digul," ungkap Wijanarto.
Semasa dalam pembuangan di Boven Digul, KH Muklas banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional, di antaranya Mohammad Hatta.
"Ada yang menyebut nama Hatta pada nama panjang Lukman karena ayahnya kagum dengan Mohammad Hatta," ujar Wijanarto.
Di Boven Digul, KH Muklas ikut mendirikan sekolah formal untuk anak-anak tahanan politik yang ikut dibawa orang tuanya ke daerah pembuangan, termasuk Lukman kecil. Sekolah itu bernama Malay English School (MES).
Baca Juga: Warga Banyuwangi Lapor Polisi Gegara Dituduh PKI
"Lukman yang ikut ayahnya dibuang ke Boven Digul kembali ke Jawa saat ayahnya dipindahkan Belanda ke Australia tahun 1943. Dia kemudian ke Jakarta dan sempat bekerja menjadi kondektur bus," ungkap Wijanarto.
Seperti halnya sang anak, hidup KH Muklas juga berakhir tragis. Setelah bebas dari pembuangan pada 1958, dia dibunuh oleh pemberontak Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
(F Firdaus)
Berita Terkait
-
Masih Keturunan PKI, Ananta Rispo Ungkap Kisah G30S Versi Keluarganya
-
5 Bahaya 'Tulis Ulang Sejarah' Versi Fadli Zon Bagi Gen Z
-
Profil Nicholas Nyoto Prasetyo Dononagoro, Ketua Koperasi BLN Dugaan Investasi Bodong
-
Prabowo Ungkap Dalang Pemberontakan PKI di Madiun: Seolah-olah Komunis, Musso-Semaun Dibawa Belanda
-
Subarkah Hadisarjana Ternyata Sosok di Balik Kesuksesan Film G 30 S/PKI
Tag
Terpopuler
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
- Moto G100 Pro Resmi Debut, HP Murah Motorola Ini Bawa Fitur Tangguh dan Baterai Jumbo
- 5 HP Harga Rp1 Jutaan RAM 8/256 GB Terbaik 2025: Spek Gahar, Ramah di Kantong
- 45 Kode Redeem FF Max Terbaru 4 Juli: Klaim Gloo Wall, Bundle Apik, dan Diamond
Pilihan
-
Daftar 6 Sepatu Diadora Murah untuk Pria: Buat Lari Oke, Hang Out Juga Cocok
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Baterai Jumbo Terbaik Juli 2025, Lebih dari 5.000 mAh
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Juli 2025, Multitasking Pasti Lancar!
-
Sekali klik! Link Live Streaming Piala Presiden 2025 Persib vs Port FC
-
7 Rekomendasi Tumbler Kekinian, Kuat Antikarat Dilengkapi Fitur Canggih
Terkini
-
7 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta: Irit, Bandel, dan Mudah Perawatan!
-
Dari Area Head hingga Remodelling Mantri, BRI Siap Tancap Gas dengan BRIvolution Phase 1
-
Bangkitkan Teh Nusantara, Begini Kisah Sukses Sila Artisan Tea Menghadapi Gempuran Produk Impor
-
Kabar Baik untuk Para Guru dan Dosen di Kalbar, Untan Kini Buka Program S3 Pendidikan!
-
AgenBRILink Ini Punya 3 Cabang, Bantu Petani Jangkau Layanan Keuangan