SuaraKalbar.id - Ribuan ekor berbagai jenis ikan di Desa Retok, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat mati mengapung. Hal ini justru membuat warga sekitar heboh dengan fenomena tersebut. Matinya bermacam jenis ikan tersebut diduga akibat pencemaran limbah pabrik kepala sawit yang berada di sekitar hulu sungai di daerah itu.
Kejadian itu ditemukan warga pertama kali pada Jumat(15/04/2022) lalu. Ikan-ikan yang mati di Sungai Retok tersebut terlihat aneh.
Kepala Desa Retok, Sahidin mengatakan dirinya bersama sejumlah tim pun kemudian menelusuri sungai Retok di Kubu Raya. Ditengah perjalan, rombongan Kepala Desa melihat sejumlah ikan mati terlihat mengapung.
Ikan-ikan itu diantaranya ikan Baung, Tilan, Tamparas dan ada pula ikan Buntal. Sahidin katakan, ada juga jenis ikan lainnya yang mati, seperti Tingadak, Kilabo, Tapah, udang, Baung tikus, Belut, Bintutu, Jelawat, Ringau, Kaloi, Lais, Sengarat, Banga, Babungalan, hingga siluk atau arwana.
“Ikan-ikan di Sungai Retok tiba-tiba mengapung dan mati. Kematian seperti ini cenderung aneh,” katanya saat dihubungi suara.com, Selasa(19/04/2022).
Sahidin memastikan, matinya ikan-ikan di sepanjang Sungai Retok dan sekitarnya itu bukan karena racun. Akan tetapi terindikasi pencemaran limbah sawit.
“Saya pastikan ini bukan disebabkan racun ikan. Karena dari ciri-ciri air, air sungai keruh, berbeda jika disebabkan racun ikan. Selain itu, air sungai mengandung minyak,” ujarnya.
Ia juga menduga, ada kebocoran kolam penampungan limbah pabrik sawit yang terletak di hulu sungai. Kejadian serupa kata Sahidin, sudah pernah terjadi sejak tahun 2015 dan tahun 2019 lalu.
“Kolam penampungan sawit itu letaknya ada di Kabupaten Landak. Tapi aliran sungainya hingga ke Retok. Sejak saya menjadi Kades, sudah tiga kali terjadi. Pertama di tahun 2015, 2019, dan sekarang tahun 2022. Tahun ini yang terparah, ratusan hingga ribuan ekor ikan mati,” ungkapnya.
Akibat peristiwa ini, warga Desa Retok dan sekitarnya merasa dirugikan. Sebab Sungai Retok merupakan saran yang digunakan warga untuk keperluan sehari-hari kini tidak bisa digunakan. Bahkan hal tersebut berpotensi menimbulkan penyakit.
“Kami minta agar ada solusi dari perusahaan untuk memastikan limbahnya tidak berbahaya. Karena warga Retok dan sekitarnya tidak bisa menggunakan untuk mandi, cuci dan konsumsi. Masyarakat sangat dirugikan dan diantaranya ada yang kena diare,” kata Sahidin.
Sahidin tegaskan pihak perusahaan abai dengan kewajibannya. Semestinya menurut Sahidin, pengelolaan dan pendirian pabrik sesuai dengan standar lingkungan hidup.
“Akibatnya menimbulkan matinya aneka jenis ikan di sungai, di antaranya ikan arwana merah dan arwana silver. Padahal jenis ikan ini dilindungi,"ungkapnya lagi.
Sementara itu, aktivis Walhi Kalimantan Barat, Hendrikus Adam juga turut memantau situasi ini. Dia Katakan dugaan pencemaran yang menyebabkan matinya sejumlah ikan tidak dapat dianggap gampang.
Selain berbahaya bagi lingkungan hidup khususnya biota sungai dan aneka jenis ikan, dugaan pencemaran yang terjadi pada Sungai Sepatah hingga Sungai Retok di hilirnya juga berbahaya bagi kesehatan warga.
Baca Juga: Sungai Meluap Rendam Rumah di Kuansing, PETI Jadi Salah Satu Penyebabnya
“Ikan saja mabuk hingga banyak mati mengapung. Sepanjang menyusuri sungai bau anyir menyesakkan hidung. Tentu ini juga akan sangat berbahaya bagi kesehatan dan mengancam punahnya pengetahuan lokal terhadap aneka nama jenis ikan bagi komunitas sekitar,”jelasnya.
Adam meminta agar pihak terkait terutama Dinas LHK Kalbar segera bertindak atas dugaan pelanggaran yang terjadi.
“Kenapa pihak terkait justru tidak melakukan pengambilan sampel air secara langsung. Terlebih pengambilan sampel oleh pihak perusahaan atas permintaan DLH tersebut pun juga dilakukan beberapa hari setelah limbah tersebut mencemari sungai,” ujarnya memungkasi.
Senada dengan Hendrikus Adam, aktivis Usaha Lestari Negeri (ULIN) Petrus Suwito mengungkapkan, perlu adanya tindakan untuk memastikan penyebab pencemaran yang terjadi di sungai tesebut. Apabila betul ditemukan kelalaian perusahaan, pemerintah setempat mesti memberikan tindakan tegas.
“Harus dipastikan penyebabnya, jika memang karena limbah perusahaan dan apalagi ada unsur kesengajaan, mesti ada tindakan dari pemerintah setempat” kata Petrus.
Selain itu, petrus juga mendesak agar pihak terkait segera melakukan uji laboratorium secara berkala karena air disungai tersebut sehari-hari dimanfaatkan oleh warga.
“Kalau gak diuji secara berkala kan warga gak tahu kapan air sungainya bisa kembali digunakan.” pungkasnya.
Kontributor: Diko Eno
Berita Terkait
-
Etika Menjaga Kelestarian Destinasi Alam
-
Ulasan Buku Ikan Selais dan Kuah Batu: Kisah Persahabatan Manusia dan Ikan
-
Menikmati Liburan Tenang dan Berkelanjutan: Ini 4 Rekomendasi Akomodasi Ramah Lingkungan di Lombok
-
Tren Fesyen Ramah Lingkungan, Yuk Perpanjang Umur Pakaianmu!
-
Kampanyekan Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
Tag
Terpopuler
- Kejanggalan LHKPN Andika Perkasa: Harta Tembus Rp198 M, Harga Rumah di Amerika Disebut Tak Masuk Akal
- Marc Klok: Jika Timnas Indonesia Kalah yang Disalahkan Pasti...
- Niat Pamer Skill, Pratama Arhan Diejek: Kalau Ada Pelatih Baru, Lu Nggak Dipakai Han
- Datang ke Acara Ultah Anak Atta Halilintar, Gelagat Baim Wong Disorot: Sama Cewek Pelukan, Sama Cowok Salaman
- Menilik Merek dan Harga Baju Kiano saat Pesta Ulang Tahun Azura, Outfit-nya Jadi Perbincangan Netizen
Pilihan
-
5 HP Samsung Rp 1 Jutaan dengan Kamera 50 MP, Murah Meriah Terbaik November 2024!
-
Profil Sutikno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang Usul Pajak Kantin Sekolah
-
Aliansi Mahasiswa Paser Desak Usut Percobaan Pembunuhan dan Stop Hauling Batu Bara
-
Bimtek Rp 162 Miliar, Akmal Malik Minta Pengawasan DPRD Terkait Anggaran di Bontang
-
Satu Orang Tarik Pinjaman Rp330 Miliar dengan 279 KTP di Pinjol KoinWorks
Terkini
-
Bocah 6 Tahun Ditemukan Tewas di Parit Kubu Raya, Diduga Tenggelam Karena Tidak Bisa Berenang
-
Jual Pacar via MiChat, Pria di Singkawang Ditangkap Polisi
-
Polisi Tangkap Pemasok Daging Sapi Beku Ilegal di Pontianak
-
5 Kuliner Chinese Food Pontianak Wajib Coba: Dari Bakmi Legendaris Hingga Bubur Ikan Otentik
-
Hendak Tawuran, 7 Pelajar di Desa Kapur Diringkus Polisi