SuaraKalbar.id - Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat (Kejati Kalbar) kembali menetapkan satu tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi proyek pengembangan Bandara Rahadi Oesman di Kabupaten Ketapang.
Tersangka berinisial MNH, yang berperan sebagai Konsultan Pengawas proyek, resmi ditetapkan dan ditahan pada Rabu malam, 25 Juni 2025, sekitar pukul 21.30 WIB.
Penetapan MNH sebagai tersangka dilakukan setelah penyidik menemukan bukti kuat keterlibatannya dalam penyimpangan pelaksanaan proyek yang merugikan keuangan negara hingga miliaran rupiah.
Setelah penetapan, MNH langsung dibawa ke Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Pontianak untuk menjalani penahanan sementara selama 20 hari ke depan, terhitung mulai 25 Juni hingga 14 Juli 2025.
Baca Juga: Rp400 Juta untuk 'Ibu': Kesaksian di Sidang Korupsi Banyuasin Seret Eks Ketua DPRD Sumsel?
Bukti Keterlibatan dalam Penyimpangan Proyek
Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Kejati Kalbar, Siju, dalam pernyataan resminya yang disampaikan melalui Kasi Penerangan Hukum (Penkum), I Wayan Gedin Arianta, menjelaskan bahwa penetapan MNH merupakan hasil pengembangan penyidikan lanjutan dari enam tersangka yang telah lebih dulu ditetapkan dalam kasus ini.
"Tim penyidik menemukan adanya indikasi kuat keterlibatan MNH dalam penyimpangan volume dan spesifikasi fisik pekerjaan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak dan addendum yang disepakati," ujar Siju.
Berdasarkan hasil audit teknis dan investigasi, ditemukan selisih nilai pekerjaan yang tidak sesuai antara dokumen kontrak dan hasil pekerjaan di lapangan.
Ketidaksesuaian tersebut mencakup berbagai aspek mulai dari kuantitas dan kualitas pekerjaan hingga fungsi serta manfaat dari proyek itu sendiri.
"Selisih nilai pekerjaan yang tidak sesuai mencapai Rp8.095.293.709,48, angka yang sangat signifikan dan menunjukkan adanya kerugian besar terhadap keuangan negara," tegas Siju.
Baca Juga: Heboh OTT PUPR OKU! Rp 1,2 Miliar Masuk Rekening Mahasiswi, Ini Fakta Sebenarnya
Peran Strategis Konsultan Pengawas
Sebagai Konsultan Pengawas, MNH memiliki tanggung jawab penting dalam memastikan seluruh pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan perencanaan, standar teknis, serta spesifikasi yang tertuang dalam dokumen kontrak.
Namun, hasil penyidikan menunjukkan bahwa fungsi pengawasan tersebut tidak dijalankan secara profesional dan diduga justru menjadi bagian dari praktik penyimpangan.
Konsultan pengawas seharusnya menjadi pihak yang netral dan memastikan kualitas pelaksanaan pekerjaan fisik.
Dalam banyak kasus korupsi proyek infrastruktur, lemahnya pengawasan atau adanya keterlibatan aktif dari pihak konsultan sering menjadi celah utama terjadinya penyelewengan anggaran negara.
Dasar Penahanan dan Langkah Kejati Kalbar
Penahanan terhadap MNH dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 21 KUHAP, yang mengatur bahwa seorang tersangka dapat ditahan apabila dikhawatirkan melarikan diri, menghilangkan barang bukti, atau mengulangi tindak pidana yang sama.
Kejati Kalbar juga memastikan bahwa penyidikan terhadap kasus ini masih terus berkembang, dan tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan tersangka lainnya apabila ditemukan bukti-bukti baru.
Latar Belakang Kasus
Kasus dugaan korupsi ini bermula dari pelaksanaan proyek pengembangan Bandara Rahadi Oesman di Ketapang yang didanai oleh APBN/APBD.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan akses transportasi udara di wilayah selatan Kalimantan Barat.
Namun dalam pelaksanaannya, proyek tersebut diduga sarat dengan penyimpangan.
Hingga kini, Kejati Kalbar telah menetapkan tujuh tersangka, termasuk pejabat dari pihak penyedia jasa dan pelaksana proyek.
Penelusuran terhadap aliran dana proyek serta pemeriksaan terhadap sejumlah saksi masih terus dilakukan.
Kasus ini menjadi perhatian publik karena menyangkut pembangunan infrastruktur strategis dan penggunaan dana negara dalam jumlah besar.
Pemerintah daerah dan pusat diharapkan memperketat sistem pengawasan terhadap proyek-proyek infrastruktur agar tidak kembali terjadi praktik serupa.
Kejati Kalbar menegaskan komitmennya untuk menuntaskan kasus ini hingga ke akar-akarnya dan memastikan semua pihak yang terlibat dimintai pertanggungjawaban hukum.
Berita Terkait
-
Rp400 Juta untuk 'Ibu': Kesaksian di Sidang Korupsi Banyuasin Seret Eks Ketua DPRD Sumsel?
-
Heboh OTT PUPR OKU! Rp 1,2 Miliar Masuk Rekening Mahasiswi, Ini Fakta Sebenarnya
-
5 Fakta Mengejutkan di Balik Tumpukan Uang Korupsi Triliunan Kasus Wilmar Group
-
Lelang Barang Sitaan KPK Resmi Dibuka! HP iPhone 13 Pro Max cuma Rp8 Juta
-
KPK Lelang Barang Sitaan 11 Juni 2025, Segini Harga Termurah
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Murah di Bawah Rp 40 Juta: Hemat Perawatan dan BBM
- 5 Rekomendasi Motor Bekas Matic Mulai Rp4 Jutaan: Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Rekomendasi Motor Bekas Yamaha NMAX, Jauh Lebih Murah dari Honda BeAT Baru
- 5 Mobil Bekas Murah 1000cc Mulai Rp30 Jutaan: Mungil Tak Boros Garasi, Irit, dan Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Amerika Bekas Mulai Rp40 Jutaan: Tangguh, Mesin Gahar
Pilihan
-
Kapal Pembawa Mobil Listrik China yang Terbakar Akhirnya Tenggelam, Nama Chery dan GWM Disebut-sebut
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Layar AMOLED, Selalu Terang di Luar Ruangan
-
Emil Audero Mulai Ditinggalkan Palermo, Klub Orang Indonesia Penyebabnya
-
6 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp 3 Juta, Terbaru Juni 2025
-
Tak Ikut Piala Presiden 2025, Pemain Persija Justru Laris Manis, Kok Bisa?
Terkini
-
BRI: Casa Grata Jadi Representasi Konkret dari Upaya Pemberdayaan yang Berkelanjutan
-
Terbukti Curi Emas 774 Kg, Warga China Yu Hao Dieksekusi ke Lapas Pontianak
-
BRI Genjot Sektor Produksi, Kucurkan KUR Rp69,8 T kepada Jutaan UMKM
-
Kasus Korupsi Bandara Rahadi Oesman: Tersangka Bertambah, Konsultan Pengawas MNH Resmi Ditahan
-
Jangan Khawatir, BRI Siapkan Layanan Banking Hingga Digital Banking di Liburan Long Weekend