Perjuangan Penambang Emas Tradisional Bertahan Demi Hidupi Keluarga

Bekerja sebagai penambang emas tradisional penuh risiko.

Suhardiman
Senin, 11 Agustus 2025 | 16:31 WIB
Perjuangan Penambang Emas Tradisional Bertahan Demi Hidupi Keluarga
Seorang penambang emas tradisional mengarahkan selang air bertekanan tinggi ke timbunan pasir di tepi sungai berharap menemukan butiran emas untuk dijual. [ChatGPT]

SuaraKalbar.id - Di tepian sungai berlumpur cokelat, suara mesin dompeng memecah sunyi pagi. Asap solar mengepul ke udara, bercampur bau logam dan lumpur.

Di sana, Aril (36), warga Kabupaten Melawi, mengarahkan selang air bertekanan tinggi ke gundukan pasir, berharap menemukan butiran emas yang bisa dibawa pulang untuk menghidupi keluarganya.

Aril bukan satu-satunya. Di berbagai titik sepanjang sungai di Melawi, penambang emas tradisional berjuang dengan alat seadanya.

Mereka bekerja di bawah terik matahari, di genangan air yang keruh, dengan risiko kesehatan yang selalu mengintai.

"Saya kerja di sini bukan untuk kaya. Hanya supaya dapur tetap ngebul, anak bisa sekolah, dan bayar listrik setiap bulan," kata Aril melansir suara kalbar, Senin 11 Agustus 2025.

Pagi hari adalah waktu paling produktif bagi Aril dan rekan-rekannya. Mereka mengumpulkan butiran emas dari pasir sungai dengan peralatan seadanya.

Hasilnya tidak menentu. Kadang hanya cukup untuk membeli beras, lauk, dan kebutuhan harian, namun sering kali hanya pas-pasan.

Bekerja sebagai penambang emas tradisional penuh risiko. Selain ancaman kesehatan dari paparan lumpur dan bahan kimia, cuaca buruk bisa menghentikan aktivitas kapan saja.

Bagi Aril, meninggalkan pekerjaan ini bukanlah pilihan mudah. Dengan pendidikan terakhir SMP, lapangan pekerjaan di daerah terbatas.

"Kalau berhenti, mau makan apa keluarga?Pekerjaan lain susah didapat," ujarnya.

Namun demikian, ada secercah kebanggaan yang ia rasakan. Dengan tenaga dan keringatnya, ia mampu berdiri di hadapan istri dan anak-anaknya sebagai tulang punggung keluarga.

"Kalau lihat anak-anak makan lahap, semua capek rasanya hilang," ucapnya.

Di tepian sungai tersebut, Aril terus bekerja, mengais harapan dari pasir yang diguyur air deras. Butiran emas yang ia temukan mungkin kecil, tetapi bagi keluarganya, nilainya tak ternilai.

Bukan sekadar logam mulia, melainkan simbol perjuangan seorang ayah untuk memastikan keluarganya bertahan di tengah kerasnya hidup.

REKOMENDASI

Terkini