Scroll untuk membaca artikel
Dythia Novianty
Senin, 25 Januari 2021 | 10:39 WIB
Warga Tabing Rimbah terpaksa mengungsi . [KanalKalimantan/Tius]

SuaraKalbar.id - Seharusnya, Februari mendatang menjadi hari baik dengan panen besar bagi masyarakat Desa Tabing Rimbah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala (Batola). Namun, musibah justru melanda.

Mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani. Kerugian yang dialami bisa terbilang cukup banyak, pasalnya Februari nanti sudah musim panen.

Akibat terendam banjir, padi pun mati semua, ditambah lagi selama banjir ini para petani tidak bekerja, jadi pemasukan pun tidak ada.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Paimin (63). Untungnya, bantuan relawan bisa meringankan kebutuhan hidup warga.

Baca Juga: Gunung Mas Bogor Masih Dihantui Potensi Bencana Banjir Bandang

“Ya, walaupun kami masih ada stok padi dari hasil panen tahun kemarin, cuma tempat penggilingannya juga tutup karena banjir, jadi ya belum bisa dimakan juga. Selain itu, air bersih juga menjadi kendala kami di sini,” ujarnya dilansir laman Kanalkalimantan, Senin (25/1/2021).

Hal sama disampaikan Heri Hardianto (27). Ia mengatakan, terbatasnya luas lokasi pengungsian menyebabkan sebagian warga harus tidur di bak mobil pick up. Jika harinya hujan, terpaksa tidak bisa tidur karena keadaan tempat yang basah tergenang air.

“Di sini juga sebenarnya kita membutuhkan WC umum, karena kasihan untuk pengungsi yang wanita kalau ingin buang air, bingung harus ke mana. Tapi yang pastinya kami semua berharap banjir ini bisa cepat surut, jadi semuanya bisa cepat kembali normal, karena capek juga kalau seperti ini terus,” ujar lelaki yang biasa disapa Tukil ini.

Seperti diketahui, walaupun debit air pada Minggu (24/1/2021) sudah mulai menurun, mereka masih belum memungkinkan kembali ke rumahnya.

Hal ini karena ketinggian air masih di atas lutut orang dewasa. Diperkirakan masih ada sekitar 200 jiwa yang bertahan.

Baca Juga: Masih Berpeluang Banjir, Warga Cisarua Bogor Harus Waspada!

Budisetiono (52), salah satu warga desa Tabing Rimbah kepada Kanalkalimantan.com mengatakan, sudah mengungsi selama 12 hari . Sebelum bantuan dari relawan datang, warga bertahan hidup secara mandiri dan bergotong royong.

“Sebelumnya ya kita memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Seperti memetik pepaya dan memotong sawit untuk makan warga yang mengungsi. Ya termasuk posko dan tempat pengungsian ini pun juga hasil inisiatif dan gotong-royong warga setempat,” ujar lelaki bekerja sebagai petani tersebut.

Load More