SuaraKalbar.id - Seharusnya, Februari mendatang menjadi hari baik dengan panen besar bagi masyarakat Desa Tabing Rimbah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala (Batola). Namun, musibah justru melanda.
Mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani. Kerugian yang dialami bisa terbilang cukup banyak, pasalnya Februari nanti sudah musim panen.
Akibat terendam banjir, padi pun mati semua, ditambah lagi selama banjir ini para petani tidak bekerja, jadi pemasukan pun tidak ada.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Paimin (63). Untungnya, bantuan relawan bisa meringankan kebutuhan hidup warga.
Baca Juga: Gunung Mas Bogor Masih Dihantui Potensi Bencana Banjir Bandang
“Ya, walaupun kami masih ada stok padi dari hasil panen tahun kemarin, cuma tempat penggilingannya juga tutup karena banjir, jadi ya belum bisa dimakan juga. Selain itu, air bersih juga menjadi kendala kami di sini,” ujarnya dilansir laman Kanalkalimantan, Senin (25/1/2021).
Hal sama disampaikan Heri Hardianto (27). Ia mengatakan, terbatasnya luas lokasi pengungsian menyebabkan sebagian warga harus tidur di bak mobil pick up. Jika harinya hujan, terpaksa tidak bisa tidur karena keadaan tempat yang basah tergenang air.
“Di sini juga sebenarnya kita membutuhkan WC umum, karena kasihan untuk pengungsi yang wanita kalau ingin buang air, bingung harus ke mana. Tapi yang pastinya kami semua berharap banjir ini bisa cepat surut, jadi semuanya bisa cepat kembali normal, karena capek juga kalau seperti ini terus,” ujar lelaki yang biasa disapa Tukil ini.
Seperti diketahui, walaupun debit air pada Minggu (24/1/2021) sudah mulai menurun, mereka masih belum memungkinkan kembali ke rumahnya.
Hal ini karena ketinggian air masih di atas lutut orang dewasa. Diperkirakan masih ada sekitar 200 jiwa yang bertahan.
Baca Juga: Masih Berpeluang Banjir, Warga Cisarua Bogor Harus Waspada!
Budisetiono (52), salah satu warga desa Tabing Rimbah kepada Kanalkalimantan.com mengatakan, sudah mengungsi selama 12 hari . Sebelum bantuan dari relawan datang, warga bertahan hidup secara mandiri dan bergotong royong.
“Sebelumnya ya kita memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Seperti memetik pepaya dan memotong sawit untuk makan warga yang mengungsi. Ya termasuk posko dan tempat pengungsian ini pun juga hasil inisiatif dan gotong-royong warga setempat,” ujar lelaki bekerja sebagai petani tersebut.
Berita Terkait
-
Ratusan Ribu Jiwa Mengungsi Akibat Banjir di Kalsel
-
Warga Lebak Kembali Diingatkan Waspada Potensi Banjir dan Longsor
-
Setiap Hari, 500 Ton Sampah di Bekasi Tidak Terangkut
-
Perlukah Jalan Kolong Tol JORR Kalimalang Ditutup? Ini Kata Pemkot Bekasi
-
Upaya Pemkot Atasi Banjir Bekasi: Tambah Pompa Penyedot Hingga Tandon Air
Terpopuler
- Erick Thohir Salaman dengan Penyerang Keturunan Brasil Rp782 Miliar Jelang Ronde 4
- Berakhir Anti-klimaks, Lika-Liku Isu Jay Idzes Dibeli Inter Milan, Fiorentina Hingga Udinese
- 5 Mobil Bekas 7 Seater Mulai Rp49 Jutaan: Kabin Lega, Muat Seluruh Anggota Keluarga
- Hari Ini Jokowi Ultah ke-64, Poster Ucapan Selamat Ini Bikin Publik Syok: Innalillahi
- Dirumorkan ke Klub Liga 1, Rafael Struick Justru Balik ke Den Haag
Pilihan
-
4 Mobil MPV Bekas Terbaik untuk Keluarga, Murah dengan Kenyamanan Ekstra
-
Daftar 4 HP Murah Spek Dewa: Terbaik buat Gaming, Lancar Multitasking
-
Fantastis! Uang Belanja Man City Rp6 Triliun Lebih Besar dari Pendapatan 5 Negara Ini
-
Rekomendasi 6 Mobil Bekas Murah Rp30 Jutaan: Nyaman dan Tangguh, Hadirkan Nuansa Klasik
-
5 Mobil Keluarga Bekas Tahun Muda: Jadi Incaran, Harga Tetap Tinggi Jika Dijual Kembali
Terkini
-
24 Ribu Ton Uranium di Melawi, Apa Dampaknya pada Lingkungan jika Ditambang?
-
24 Ribu Ton Terpendam di Kalimantan, Apa Itu Uranium?
-
Pemerintah Siapkan Regulasi Uranium, Kalbar Bakal Jadi Pusat Nuklir Indonesia?
-
Bejat! Pengasuh Pesantren di Kubu Raya Diduga Rudapaksa Santriwati
-
Harga Emas Bangkit! Antam, UBS, Galeri24 Kompak Naik di Pegadaian