SuaraKalbar.id - Setahun berlalu sejak virus corona masuk dan mengakibatkan pandemi Covid-19 di seluruh dunia termasuk Indonesia. Sejak itu, penelitian yang mempelajari karakter, penularan, hingga mutasi virus pun terus dilakukan di berbagai negara.
Yang terpenting, peneliti dan para ilmuwan juga berupaya mengembangkan bahan-bahan alami untuk mencegah atau menghambat risiko infeksi yang diakibatkan Covid-19.
Salah satu bahan alami yang baru-baru ini mendapat perhatian dari para ilmuwan adalah Epigallocatechin Gallate (EGCG), atau yang disingkat Epigallo.
Epigallo sebagai komponen utama yang terdapat dalam teh hijau diketahui memiliki manfaat dalam hubungannya dengan beberapa penyakit infeksi, termasuk infeksi virus.
Baca Juga: Terkait Penyelewengan Dana Covid-19, Massa Datangi Kantor Gubernur Sumbar
Apalagi, menurut studi dari Djoko Purwanto, pakar farmakologi dari Universitas Airlangga, Surabaya, ditemukan bahwa antioksidan pada Epigallo memiliki kekuatan 100x lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan 25x lebih tinggi dibandingkan vitamin E dalam melindungi tubuh.
"Epigallo merupakan kelompok zat antioksidan yang masuk dalam golongan besar polifenol. Epigallo memberikan efek positif untuk kesehatan karena memiliki kekuatan antioksidan. Dengan adanya kekuatan antioksidan tersebut, Epigallo yang terdapat di ekstrak teh hijau mampu mengendalikan radikal bebas yang sering terbentuk di dalam tubuh. Radikal bebas yang berlebih dapat memicu stres oksidatif dan dapat berujung pada kerusakan sel dan penyakit kronis," ungkap dr. Susi selaku Medical Advisor LAPI Laboratories dalam rilisnya kepada Suara.com, Senin (1/3/2021).
Ekstrak Epigallo tidak hanya berguna untuk menetralisir radikal bebas dari asap rokok, namun juga bermanfaat untuk mencegah sel kanker, menurunkan kolesterol, dan menjaga kesehatan pembuluh darah, jantung serta otak.
Epigallo Diteliti Mampu Mengurangi Efek Berbahaya Covid-19
Sehubungan dengan virus SARS-CoV-2, beberapa review maupun studi telah dilakukan dalam rangka mendorong pemanfaatan Epigallo.
Baca Juga: Lagi Asik, Kontes Ayam di Bogor Digerebek Satgas COVID-19
Mhatre et al., dalam penelitiannya yang diterbitkan oleh jurnal Phyto Medicine, menemukan bahwa enzim yang berperan penting dalam mematangkan virus adalah Chymotrypsin-like protease, atau yang disebut 3CLpro.
Dengan kata lain, replikasi atau bertambahnya jumlah virus sangat tergantung pada 3CLpro. Karena itu, 3CLpro merupakan target utama obat yang digunakan untuk menangani infeksi virus korona secara umum.
Faktanya, studi in vitro dari Mathre et al. memperlihatkan bahwa Epigallo mampu menghambat 85% aktivitas 3CLpro. Karena itu, sekelompok peneliti dari Institute of Chemical Technology India ini pun menyimpulkan bahwa molekul Epigallo dapat digunakan sebagai suplemen pelengkap nutrisi harian untuk penanganan Covid-19.
Sementara itu, peneliti Menegazzi et al. mengemukakan potensi Epigallo bagi penderita Covid-19, terutama karena kemampuannya menurunkan ekspresi dan sinyal dari berbagai mediator inflamasi.
Seperti diketahui, infeksi SARS-CoV-2 menginduksi peningkatan masuknya neutrofil secara masif ke dalam paru-paru, dengan memproduksi dan mengaktivasi TGF-β. Peningkatan TGF-β aktif yang tidak terkontrol ini dapat mengakibatkan edema dan fibrosis yang cepat dan masif, yang mengakibatkan perubahan dan blokade jalan napas yang pada akhirnya mengakibatkan gagal napas.
Berdasarkan temuan, Epigallo terbukti dapat menurunkan sinyal TGF-β1 dan dianggap sebagai antifibrotik potensial. Menimbang segala potensi dan profil keamanan pada manusia yang dimiliki oleh Epigallo, para peneliti berpendapat bahwa setidaknya suplementasi Epigallo sedikit banyak dapat mengendalikan kerusakan inflamasi yang timbul pada infeksi covid-19.
"Melalui studi-studi yang telah dilakukan, memang terlihat ada potensi digunakan bagi penanganan Covid-19 dengan multi ekspresi seperti antiviral, antiinflamasi, antifibrosis dan antioksidan. Epigallo tercatat relatif aman, maka pemberiannya sebagai suplementasi dapat dibenarkan, setidaknya diharapkan dapat memperoleh dari efek positif yang telah diteliti," tambah dr. Susi.
"Berdasarkan pengujian penggunaan suplemen yang mengandung epigallo, hasilnya menunjukan bahwa konsumsi epigallo sudah terasa khasiatnya di hari ke 4. Selain itu waktu penyembuhannya pun semakin cepat sekitar 9 hari saja," tutup dr. Susi.
Berita Terkait
-
Pasar Saham Indonesia Terjun Hebat, Lebih Parah dari IHSG Era Pandemi COVID-19?
-
Trump Sempat Telepon Presiden China Soal Asal-Usul COVID, Ini Kata Mantan Kepala CDC!
-
Survei: Milenial Rela Rogoh Kocek Lebih Dalam untuk Rumah Modern Minimalis
-
Trump Tarik AS dari WHO! Salahkan Penanganan COVID-19
-
Kronologi Dewi Soekarno Didenda Pengadilan Jepang Rp3 Miliar Gegara Pecat Karyawan
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Sudah Dibuka? Simak Syarat dan Kualifikasinya
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Rute dari Pontianak ke Danau Sentarum Kapuas Hulu, Lengkap dengan Pilihan Transportasi
-
Rute Pontianak ke Singkawang: Jarak, Durasi, hingga Moda Transportasi
-
Pontianak ke Putussibau: Jarak, Waktu Tempuh, dan Pilihan Transportasinya
-
Rumah Kosong Sejak Sebelum Ramadan, Ini Kata Ketua RT soal Keluarga Priguna Anugerah di Pontianak
-
Rumah Dokter PPDS Priguna di Pontianak Tampak Kosong, Ini Kata Tetangga