Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 30 September 2021 | 07:30 WIB
Petugas membersihkan patung peristiwa G30SPKI di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Rabu (30/9/2020). [ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha]

SuaraKalbar.id - Latar belakang peristiwa G30SPKI. G30S PKI sebuah catatan kelam sejarah Indonesia. Peristiwa G30SPKI tentang pembantaian atas tujuh orang perwira tinggi.

Mereka dibuang ke dalam sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Paham komunis dari Tiongkok dan Rusia berkembang pesat pada era pasca kemerdekaan. Bahkan paham komunis juga masuk ke Indonesia.

Kemudian dibentuklah Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam waktu singkat, jumlah pendukung PKI mencapai 20 juta orang yang berasal dari berbagai golongan.

Jumlah anggota tersebut terbagi atas:

Baca Juga: Perempuan dan Propaganda terhadap Gerwani

  • 3,5 juta anggota PKI,
  • 3,5 juta anggota perserikatan buruh
  • 3 juta anggota gerakan pemuda
  • 9 juta dari Barisan Tani Indonesia, serta para seniman, penulis, dan anggota Gerwani.

Soekarno merupakan presiden Indonesia yang mendapatkan dukungan penuh dari PKI. Soekarno pada masa kepemimpinannya menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin".

PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan beranggapan bahwa Soekarno mempunyai mandat untuk persekutuan konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama, dan Komunis yang dinamakan Nasakom.

Pada masa Demokrasi Terpimpin, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal mengatasi masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.

Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus naik, serta korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.

Pada Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari sikap-sikap sektarian kepada angkatan bersenjata, menghimbau semua pengarang, dan seniman sayap kiri untuk membuat massa tentara subjek karya-karya mereka.

Baca Juga: Ingin Nonton Filmnya? Berikut Link Film G30S PKI

Di akhir 1964 dan awal 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dengan polisi dan para pemilik tanah.

Meletusnya Peristiwa G30SPKI

Pada 1 Oktober 1965, meletuslah peristiwa G30S PKI. Pada dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lain dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol.Untung.

Sementara itu, Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto mengadakan penumpasan terhadap gerakan PKI.

Isu Keterlibatan Soeharto di G30S PKI

Sampai saat ini, tidak ada bukti keterlibatan / peran aktif Soeharto dalam aksi penculikan 7 jenderal dan pembunuhan mereka. Satu-satunya hubungan yang bisa dielaborasi hanyalah pertemuan Soeharto saat itu yang menjabat sebagai Pangkostrad atau Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat tidak membawahi pasukan, dengan kolonel Abdul Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.

Korban G30SPKI

Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:

  • Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
  • Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
  • Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Harjono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
  • Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
  • Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
  • Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

Peringatan Peristiwa G30SPKI

Sesudah kejadian, setiap tanggal 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Kemudian, tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

(Mutaya Saroh)

Load More