SuaraKalbar.id - Nafiul Wahyudi, 26, hanya bisa pasrah saat digiring Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) di wilayah Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pada Rabu (10/11).
Ia bersama seorang rekannya tertangkap melintas secara ilegal dari Malaysia menuju Indonesia. Berjalan kaki seharian penuh demi bertemu keluarga di kampung halaman, Nafiul melewati jalur tikus di jantung hutan Borneo.
Saat diperiksa, ternyata dokumen paspor pria asal Gresik, Jawa Timur, itu sudah kadaluarsa sejak 2014. Ini pun bukan kali pertama Ia tertangkap oleh Satgas Pamtas. Namun, Ia bertekad untuk tetap kembali ke Malaysia untuk bekerja setelah melepas rindu dengan keluarga.
“Bagaimana lagi ya, kami cari rejeki, jadi ya nekat saja,” ujar buruh bangunan itu.
Nafiul hanya salah satu dari banyak pekerja migran Indonesia yang berani melintasi batas negara secara ilegal. Jalur-jalur tikus memang masih menjadi akar masalah di kawasan perbatasan.
“Terlebih lagi, karena Malaysia menerapkan lockdown, banyak pekerja migran yang masuk atau keluar dari Malaysia lewat jalur hutan. Itu menjadi pekerjaan rumah kita. Karena jalur hutan sangat luas dan kemampuan satgas pamtas sangat terbatas,” kata Koordinator Pos Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Entikong, Angga Atmajaya.
Ia pun menambahkan, di situasi pandemi, status kesehatan orang-orang yang melintasi batas negara secara ilegal cenderung tidak terdeteksi. Sehingga, meningkatkan potensi persebaran COVID-19 di kawasan perbatasan.
Tidak hanya jumlahnya yang terbatas, satgas pamtas dan para petugas di perbatasan lainnya juga sangat rentan dengan persebaran virus COVID-19 dari perpindahan orang secara ilegal tersebut.
Sementara itu, fasilitas kesehatan di Entikong masih sangat terbatas.
Baca Juga: Peringatan Dini, BMKG Imbau Warga Pontianak Waspada Potensi Banjir Rob
“Jangankan untuk penanganan COVID-19, fasilitas persalinan terutama bagi para pekerja migran yang melintas saja masih perlu mendapat perhatian pemerintah,” imbuh Angga.
Tim Tenaga Profesional Kantor Staf Presiden (KSP) secara langsung datang ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dalam mendengarkan langsung aspirasi dari para pekerja migran dan seluruh elemen petugas perbatasan.
Tenaga Ahli Utama KSP Ade Irfan Pulungan menegaskan, negara akan selalu hadir untuk mendengarkan keluhan dan masukan dari masyarakat, tidak terkecuali masyarakat di kawasan perbatasan.
“Kawasan perbatasan mendapat atensi serius dari pemerintahan Presiden Jokowi. Oleh karenanya, kami pastikan kehadiran KSP di Entikong adalah untuk mengurai permasalahan yang ada di kawasan perbatasan,” kata Irfan.
Ia juga menambahkan bahwa temuan yang didapatkan dari verifikasi lapangan ini akan dilaporkan dalam rapat koordinasi bersama Kementerian/Lembaga terkait.
“Bapak Presiden sudah membangun fasilitas penunjang di sekitar PLBN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. Sekarang kita akan pastikan bahwa kesejahteraan dan keamanan di kawasan perbatasan ini benar-benar terpenuhi,” imbuh Irfan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
Terkini
-
BRI Perkokoh Kemitraan Strategis dengan SSMS untuk Tingkatkan Skala dan Keberlanjutan Industri Sawit
-
151 Penyandang Disabilitas Terima Paket Sembako dan Nutrisi
-
Petugas Lapas Sintang Gagalkan Penyelundupan Sabu Dalam Paket Makanan
-
Laporan Keberlanjutan BRI Diakui Internasional, Perkuat Posisi sebagai Pemimpin Praktik ESG di Asia
-
Program Yok Kita Gas BRI Kumpulkan Ribuan Kilogram Sampah Plastik dan Kurangi Jejak Karbon