Scroll untuk membaca artikel
Bella
Selasa, 11 Januari 2022 | 20:41 WIB
Ilustrasi minyak goreng [Suara.com/ Hilal Rauda Fiqry]

SuaraKalbar.id - Kenaikan harga minyak goreng memicu beragam respon dari sejumlah lapisan masyarakat di Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), bahkan ada warga yang memilih mengkonsumsi sayur rebus.

Hal itu dilakukan oleh Ros (48), dimana dirinya mengatakan dalam situasi ini ia lebih memilih mengkonsumsi sayur yang direbus saja.

"Itulah jadinya susah mau masak ini mau goreng itu mendingan makan sayur rebus jak,” ujarnya, melansir suarakalbar.co.id-jaringan suara.com, Selasa (11/1/2022).

Dia juga mengatakan, belakangan ini ia dan keluarga lebih memilih menggunakan minyak goreng dengan harga lebih murah sebagai konsumsi.

Baca Juga: Naiknya Harga CPO Disinyalir Menjadi Penyebab Minyak Goreng Mahal di Sekadau

“Milih yang murah jak,tapi sekarang bukannya murah lagi malah dah naik dulu Rp20 ribu per liter sekarang mau Rp 22 ribu, mungkin di kampung mau Rp 25 ribu naiknya," terang Ros.

Dirinya kemudian berharap, kedepan harga minyak goreng segera kembali normal sehingga dapat meringankan beban masyarakat.

Terutama bagi para pedagang makanan yang menjadikan minyak goreng sebagai kebutuhan utama dalam memasak.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) Sekadau Jihon menyampaikan naiknya harga minyak goreng sejak akhir tahun 2021 hingga 2022 disebabkan oleh sejumlah faktor, diantaranya membaiknya harga Crude Palm Oil (CPO).

"Faktor penyebab naiknya harga minyak goreng itu antara lain membaiknya harga Crude Palm Oil (CPO), naiknya harga minyak nabati dunia karena gangguan cuaca yang menekan tingkat produksi nabati,” ujar Jihon.

Baca Juga: Epidemiolog Dorong Pemprov Kalbar Usahakan Alat Deteksi Omicron yang Lebih Valid

Menurut penuturan Jihon, saat ini permintaan diesel untuk program B30 yang mewajibkan campuran 30 persen diesel dengan 70 persen bahan bakar minyak solar jadi penyebabnya.

Selain itu, turunnya produksi sawit Malaysia sebagai salah satu penghasil CPO terbesar di dunia dan adanya pandemi Covid-19 sebagai penyebab utama.

Load More