Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 27 Juli 2023 | 19:20 WIB
Jenazah Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage yang diduga tewas ditembak seniornya. (Tangkapan Layar akun Instagram kalbar_info]

SuaraKalbar.id - Kasus meninggalnya Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage yang merupakan personel Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri pada Minggu (23/7/2023).

Mendiang yang akrab disapa Rico tersebut diduga meninggal karena ditembak oleh seniornya sesama anggota polisi dengan menggunakan senjata api. Kasus ini viral setelah diunggah ke media sosial (medsos) dan mendapat perhatian publik, lantaran mengingatkan dengan tragedi pembunuhan Brigadir Joshua beberapa waktu lalu.

Meski begitu, jasad Rico sudah dikuburkan setelah menjalani otopsi ulang.

"Memang sudah pernah diotopsi di jakarta tetapi waktu kemarin otopsi ulang agar tidak muncul persepsi lain pas di buka kemarin jasadnya,” ucap kuasa hukum keluarga korban Jelani Christo kepada Suarakalbar.id melalui sambungan telepon pada Kamis (27/7/2023).

Baca Juga: Keluarga Polisi yang Tewas Ditembak Minta Pelaku Dihukum Adat Pati Nyawa, Apa Itu?

Ketua LBH Mandau Borneo Keadilan dan Perwakilan Hotman 911 ini mengungkapkan ada sejumlah keganjilan ketika Mabes Polri melaporkan kondisi korban sebelum diketahui meninggal dunia.

Jelani mengakui keluarga korban sempat dihubungi oleh pihak Mabes Polri untuk menemui Bripda Rico yang berlokasi di Jakarta, namun bukan karena meninggal dunia tertembak senjata api tapi karena sakit keras.

"Waktu pihak Mabes Polri menelpon keluarga korban, mengatakan bahwa anaknya sakit keras dan disuruh datang ke Jakarta," katanya.

Mendapati kabar tersebut, pihak keluarga terkejut. Apalagi diketahui sebelum mendiang meninggal, tepatnya pada Jumat (21/7/2023) atau bertepatan dengan ulang tahun ibu korban, Bripda Rico masih dalam keadaan baik tanpa menunjukan sakit keras ketika dihubungi keluarga.

"Keluarga sempat telponan dengan Rico dan korban baik-baik saja, kebetulan mamanya lagi ulang tahun sehingga mereka tidak pernah berpikir kalau anaknya sakit keras gitu dan dia tidak pernah mengatakan kalau sakit keras," katanya.

Baca Juga: Ini Dia Sosok Bripda IMS dan Bripda IG: Duo Polisi Tembak Mati Juniornya

Sayangnya saat tiba di Jakarta, orangtua korban malah bertemu dengan Bripda Rico dalam keadaan sudah menjadi jasad dengan bekas jahitan tembakan di leher belakang telinga kanan yang tembus hingga kiri.

Selain itu, Jelani mengakui sejumlah keganjilan lainnya saat orangtua korban yang diminta datang ke Jakarta menemui Bripda Rico, ternyata sudah difasilitasi lengkap berupa akomodasi dan tiket pesawat untuk menemui korban.

Tak hanya itu, saat orangtua Bripda Rico tiba dan mengunjungi jasad korban, diduga ponsel milik orangtua korban dipegang Mabes Polri. Sehingga ketika dihubungi oleh kerabat, terdengar seorang polisi menyebut bahwa Bripda Rico bukan meninggal karena tertembak atau sakit keras, melainkan karena kecelakaan.

"Ada pihak pejabat di Melawi menelpon orang tua korban, HP orang tua korban diduga dipegang oleh pihak Mabes Polri dan disebutkan bahwa korban itu kecelakaan," katanya.

Akibat berbagai kabar yang bertimpangan, pihak kuasa hukum dan keluarga korban merasakan adanya kejanggalan dalam kasus kematian Bripda Rico dan mempertegas akan membongkar kasus tersebut.

“Kita mau bongkar perkara ini, siapa yang bermain dibalik itu. Kami dalam perkara ini tidak akan main-main,” tegas Jelani.

Selain itu diketahui saat ini pihak keluarga telah memiliki kurang lebih sekitar 22 kuasa hukum yang tergabung dari LBH Mandau Borneo Keadilan, Hotman 911, Aliansi Advokat Borneo Bersatu, dan Front Borneo International Investigation.

"Untuk kuasa hukumnya gabungan dari LBH MBK kurang lebih 10 orang, dari Hotman 911 ada 12 orang, dan kami terus membuka diri untuk kuasa hukum," ujarnya.

Kontributor : Maria

Load More