Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Bertambah Lagi, Dokter Sebut Almarhum Alami Memar di Paru-paru

Trauma yang dialami korban adalah memar di paru-paru, patah tulang iga dan tulang paha sebelah kanan. Dengan kondisi tersebut, korban dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU)

Bella
Selasa, 18 Oktober 2022 | 15:17 WIB
Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Bertambah Lagi, Dokter Sebut Almarhum Alami Memar di Paru-paru
Aparat keamanan menembakkan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.)

SuaraKalbar.id - Korban meninggal dunia tragedi Kanjuruhan bertambah satu orang, sehingga secara keseluruhan menjadi 133 orang.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar dr Kohar Hari Santoso mengatakan bahwa korban mengalami penurunan kesadaran dan kondisi sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 13.20 WIB.

"Ada satu lagi korban dari tragedi Kanjuruhan yang sudah kami rawat sejak hari kejadian. Tadi ada penurunan kesadaran dan kondisi. Kami sudah coba perbaiki, tapi terakhir pukul 13.20 WIB kami nyatakan sudah meninggal," kata Kohar di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (18/10/2022).

Korban meninggal dunia usai dirawat di rumah sakit tersebut sejak 2 Oktober 2022.

Baca Juga:Innalillahi, Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Bertambah Jadi 133 Orang

Korban bernama Andi Setiawan (33 tahun), warga Jalan Kolonel Sugiono, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Sementara itu, saalah satu tim dokter anestesi dan ICU RSUD Saiful Anwar Malang dr Eko Nofiyanto mengungkapkan bahwa pasien tersebut masuk dalam perawatan rumah sakit pada 2 Oktober 2022, kurang lebih pada pukul 03.00 WIB dengan kondisi kritis.

"Saat itu, pasien masuk dengan kondisi kritis dengan penurunan kesadaran. Ada cedera di beberapa tempat," ujar Eko.

Eko menerangkan sejumlah trauma yang dialami korban adalah memar di paru-paru, patah tulang iga dan tulang paha sebelah kanan. Dengan kondisi tersebut, korban dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU).

Dirinya mengungkapkan, pengawasan secara penuh dilakukan kepada pasien sejak hari pertama masuk perawatan di rumah sakit. Namun, kondisi korban selama 16 hari menjalani perawatan di ICU tidak stabil dan kritis.

Baca Juga:Tambah Lagi, Korban Kanjuruhan yang Meninggal Dunia Jadi 133 Orang

"Sejak datang hingga terakhir, pasien dirawat di ICU. Penyebab kematian ada multi-trauma yang dialami," katanya.

Ia menambahkan sejumlah langkah perawatan yang dilakukan pada saat pasien berada di ICU adalah membantu pernafasan pasien menggunakan alat bantu untuk menjamin ketersediaan oksigen kepada pasien.

Namun, kondisi pasien yang masih belum stabil tersebut, menyebabkan tim dokter tidak bisa melakukan tindakan operasi. Sehingga, penanganan selama 16 hari tersebut fokus pada trauma yang dialami korban. 

"Saat pasien kita rawat, kondisinya tidak stabil. Jadi, masih belum memungkinkan untuk tindakan operasi," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini