Bagi para lelaki Dayak, tato ini bisa menjadi penanda status sosial, sementara bagi perempuan, ia kerap melambangkan keindahan dan ketahanan.
Simbol yang Lebih Luas
Di luar konteks Dayak, bunga terong juga memiliki makna universal yang bisa diinterpretasikan secara lebih luas.
Bentuknya yang sederhana namun tegas sering dikaitkan dengan keseimbangan dan ketahanan, seperti tercermin dari tanaman terong itu sendiri, yang mampu tumbuh di berbagai kondisi.
Dalam beberapa budaya lain, bunga kecil ini juga diasosiasikan dengan kerendahan hati, karena ia tidak mencolok namun tetap memiliki peran penting dalam ekosistem.
Baca Juga:5 Senjata Tradisional Suku Dayak dan Sejarahnya
Bagi pecinta tato modern, motif bunga terong sering dipilih karena kesederhanaannya yang elegan.
Desain ini mudah dikombinasikan dengan elemen lain, seperti sulur tanaman, burung, atau bahkan simbol geometris, menjadikannya pilihan populer di kalangan mereka yang menginginkan tato dengan sentuhan tradisional namun tetap relevan di era kontemporer.
Kontroversi dan Identitas Budaya
![Ilustrasi masyarakat suku Dayak di Kalimantan. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/18/97980-ilustrasi-masyarakat-suku-dayak-di-kalimantan-ist.jpg)
Meski memiliki akar budaya yang kuat, penggunaan tato bunga terong tidak luput dari polemik.
Sebagai contoh, baru-baru ini sebuah kasus pengeroyokan tragis di Cimaung, Bandung, pada Maret 2025, kembali membawa motif ini ke sorotan publik.
Salah satu pelaku dalam insiden tersebut diketahui memiliki tato bunga terong, memicu diskusi tentang apakah penggunaan simbol ini oleh pihak luar dapat dianggap sebagai penyalahgunaan budaya.
Baca Juga:Sejarah dan Asal-Usul Suku Dayak: Jejak Leluhur di Kalimantan
Komunitas Dayak, seperti PPDK Jakarta dan Kami Dayak Kalbar, menegaskan bahwa tato motif Dayak tidak serta-merta mencerminkan identitas seseorang sebagai orang Dayak asli.