Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana | Hadi Mulyono
Selasa, 24 November 2020 | 17:19 WIB
Supriyanto lebih memilih menjadi tukang balon untuk menyambung hidup. Padahal Supriyanto ini lulusan S2 Biologi. (capture)

SuaraKalbar.id - Supriyanto lebih memilih menjadi tukang balon untuk menyambung hidup. Padahal Supriyanto ini lulusan S2 Biologi.

Supriyanto merasakan menjadi tukang balon membuat hidupnya lebih bahagia. Kisah Supriyanto dibagikan kreator TikTok @hobbymakan.id. 

Dia mengunggah sebuah video yang mengungkap kisah Supriyanto sang penjual balon di Pontianak, Kalimantan Barat.

Lelaki penjual balon tersebut menarik perhatian publik usai latar belakang kehidupannya terkuak.

Baca Juga: ART Terlalu Cantik, Majikan sampai Insecure, Akun Medsosnya Diburu Warganet

Dia adalah lulusan S2 dan sempat menjadi manajer HRD di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.

Supriyanto lebih memilih menjadi tukang balon untuk menyambung hidup. Padahal Supriyanto ini lulusan S2 Biologi. (capture)

"Kaget ! S2 penjual balon yang melepaskan semua pencapaiannya, ternyata tak ada yang beli," tulis @hobbymakan.id memberi keterangan, dikutip Suara.com, Selasa (24/11/2020).

Dalam video itu, satu balon yang dijual lelaki itu dibanderol dengan harga Rp 15 ribu. Meski begitu, tidak setiap hari balon-balon yang dijajakan dengan berkeliling menggunakan sepeda itu laku terjual.

"Kadang-kadang sehari juga tidak laku, saya baru setahun di Pontianak, saya boleh dibilang S2, tapi namanya persaingan, jadi sudahlah pusing mikirin dunia," kata lelaki tersebut.

Hingga artikel ini diturunkan, video tersebut telah dilihat hingga 2,9 juta kali oleh pengguna TikTok.

Baca Juga: Apakah Sah Sholat Hujan-hujanan Sampai Basah Kuyup?

Berdasarkan penelusuran Suara.com, lelaki tersebut pernah diundang di acara Hitam Putih yang tayang di Trans 7 tahun lalu.

"Istilahnya saya ingin hijrah karena sudah lelah dengan kemunafikan dalam pekerjaan dan banyaknya kendala. Awalnya saya nggak tahu, tahu-tahu bisa sampai Pontianak karena saya bingung dan dapat petunjuk untuk hijrah," ujar Supriyanto.

"Awalnya ingin cari pekerjaan di Pontianak ternyata nasib mengubah saya menjadi tukang balon, karena tas saya untuk persiapan cari kerja hilang," sambungnya.

Supriyanto berkisah, anak istrinya telah meninggal dunia karena kecelakaan. Selepas itu, ujian datang bertubi-tubi silih berganti hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Pontianak.

Supriyanto lebih memilih menjadi tukang balon untuk menyambung hidup. Padahal Supriyanto ini lulusan S2 Biologi. (capture)

"Karena (masalah-red) bertubi-tubi setelah kematian istri, anak, dalam pekerjaan digonjang-ganjing, usaha gagal. Ada apa? Setiap malam salat, pergilah, hijrahlah," tambah Supriyanto.

Ia yang merupakan lulusan S2 Biologi itu mengaku tidak lagi peduli dengan apa kata orang tentang dirinya. Selain itu, masa lalunya yang pernah menjadi manajer juga tidak ia pikirkan.

Sebab, kata Supriyanto, menjadi penjual balon dirasa menguntungkan dan membuat hidupnya lebih tenang.

"Nggak malu, yang penting halal dan nggak nyusahin orang. Penghasilan kalau lagi ramai Rp 600 ribu sehari, pas Idulfitri saya dapat Rp 1,7 juta. Jualnya Rp 15 ribu modal Rp 10 ribu. Ada gulali, popcorn juga jadi satu sepeda itu penuh," bebernya.

Video selengkapnya di sini.

Load More