Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Minggu, 10 Januari 2021 | 08:36 WIB
Petugas melintasi logo perusahaan angkutan udara Sriwijaya dan NAM Air di Posko Crisis Center Sriwijaya Air SJ 182 Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (9/1/2021). [ANTARA FOTO/Fauzan]

SuaraKalbar.id - Dua warga Mempawah, Kalimantan Barat yakni Agus Minarni dan suaminya Muhammad Nur Kholifatul ada di daftar manifest pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh, Sabtu (9/1/2020).

Pasutri tersebut sempat memesan taksi supaya dijemput dan ditunggu di Bandara Supadio, Pontianak sesaat sebelum terbang dari Jakarta.

Hal itu diceritakan Muhammmad Yasin, sopir taksi yang sedianya menjemput Agus dan suaminya.

Muhamamad Yasin mengaku terkejut mendengar kabar pesawat Sriwijaya Air yang SJY-182 hilang kontak. Ia bahkan sampai tak bisa berkata-kata memikirkan nasib Agus dan suaminya.

Baca Juga: Menhub Pantau Langsung Posko Pencarian Pesawat Sriwijaya Jatuh di JICT 2

Ia pun hanya bisa mendoakan supaya pasutri tersebut diberi keselamatan.

"Saya sampai gemetaran. Saya bimbang dan khawatir dengan Ustazah Agus dan suaminya. Saya selalu berdoa semoga beliau berdua diberikan Allah SWT keselamatan," kata Muhammad Yasin kepada Suarakalbar.co.id, jaringan Suara.com.

Chat WA Agus Minarni dengan sopir taksi. (dok.Suarakalbar.co.id)

Diminta Menjemput

Muhammad Yasin yang merupakan sopir taksi Taksi FF-Transport Mempawah dipesan Agus Minarni agar menjemput dan menunggunya di Bandara Supadio, Sabtu (9/1/2020) pukul 13.46 WIB

Dia mengatakan, Agus Minarni sempat mengirimkan pesan via WhatsApp menginformasikan kalau pesawat yang ditumpangi terbang terlambat atau delay.

Baca Juga: Satu Keluarga Asal Sumsel Jadi Penumpang Sriwijaya Air yang Hilang Kontak

"Bu Ustazah Agus Minarni memberi tahu bahwa dia akan terbang terlambat, meski tidak ada pemberitahuan delay. Saya juga diberi tahu kalau di Jakarta lagi hujan, jadi akan
terbang menunggu hujan reda,” jelas Muhammad Yasin.

Mendapat pesan itu, Muhammad Yasin membalas silakan diinfokan lebih lanjut jika pesawat sudah mau terbang.

“Lalu pada pukul 14.05, ibu Ustadzah kembali mengirim pesan ke saya bahwa pesawat sudah akan berangkat. Saya balas, bahwa saya memperkirakan beliau akan sampai pada pukul empat sore. Beliau lalu jawab dengan mengiyakan,” kata Yasin.

Petugas berjaga di Posko Crisis Center Sriwijaya Air SJ 182 di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (9/1/2021). [ANTARA FOTO/Fauzan]

Setelah tahu sang calon penumpang telah dalam penerbangan menuju Bandara Supadio Pontianak, Muhammad Yasin pun bergegas ke bandara.

Setibanya di bandara, dia menunggu di lokasi parkir. Namun hingga pukul 16.30 WIB, Muhammad Yasin mulai gelisah karena pesawat tidak kunjung tiba.

"Tapi saya tetap sabar nunggu. Baru sekitar hampir pukul 6 sore, saya mendapat kabar pesawat yang ditumpangi ustadzah hilang kontak. Saya langsung lemas dan panik,” ujar Muhammad Yasin lagi.

Agus Minarni Melayat ke Malang

Agus Minarni dan suaminya Muhammad Nur Kholifatul terbang ke Pontianak usai melayat mertuanya di Malang, Jawa Timur pada 20 Desember 2020 lalu.

Perempuan yang berprofesi sebagai guru di SMA Negeri 1 Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah. Sementara suaminya Ustaz Muhammad merupakan pengasuh di Pesantren Darussalam, Sengkubang, Kabupaten Mempawah.

Menurut Harry Ilyas, kerabat Agus Minarni, saat dihubungi pada Sabtu malam dari Pontianak, Agus Sumarni berangkat bersama suaminya.

"Kalau tidak salah dekat libur Natal kemarin berangkat," kata dia seperti dikutip dari Antara.

Kebetulan, ujar Harry, pada Minggu (10/01/2021) besok adalah jadwal arisan keluarga besar Sengkubang di Sengkubang, Kabupaten Mempawah.

"Besok kami dari arisan keluarga besar Sengkubang, akan kumpul di Pesantren Darussalam. Orang tua Kak Agus Sumarni, pendiri pesantren tersebut," ujar Harry.

Ustad Muhammad Nur Kholifatul Amin dan Agus Minarni mempunyai dua anak, salah satunya tengah mondok di Pesantren Gontor di Malang.

Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, pesawat bernomor registrasi PK CLC jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

Load More