Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Minggu, 24 Januari 2021 | 13:58 WIB
Iwan Kurniawan membawa foto Athar Rizki Riawan, saat menjemput jenazah si buah hati di pintu kedatangan VIP Pemda Kalbar, Bandara Internasional Supadio Pontianak, Minggu (24/1/2021) pagi. [Suara.com/Ocsya Ade CP]

SuaraKalbar.id - Kesedihan mendalam masih menyelimuti suasana di rumah duka, Athar Rizky Riawan, di Kompleks Sepakat Damai, Pontianak Kota, Kalimatan Barat, Minggu (24/1/2021).

Athar merupakan satu dari puluhan orang yang jadi korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Sabtu (9/1/2021) lalu.

Kepergiaan bocah 8 tahun itu untuk selama-lamanya meninggalkan duka mendalam di hati sang ayah, Iwan Kurniawan.

Tampak bahkan sesekali Iwan masih menangis mengenang kepergiaan sang anak, hingga matanya masih terlihat bengkak.

Baca Juga: Tangisan Pecah, 5 Jasad Korban Sriwijaya Air Dimakamkan Satu Liang Lahad

Iwan kini hanya bisa mengenang kebiasaan si bungsu seraya mendoakan agar mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.

Iwan sempat bercerita, Athar adalah anak yang soleh dan suka bergaul. Ia sering salat di surau dan rajin menyalakan lampu ketika petang tiba.

"Saya sangat sedih. Yang buat menyedihkan, ketika dia sering menasihati agar saya salat lima waktu dan usahakan untuk ke masjid sebelum azan dikumandangkan," kenang Iwan.

Sesuai dengan arti namanya, Athar adalah nama populer untuk anak laki-laki dan dalam bahasa Arab artinya suci, bersih. Athar dalam bahasa Islami, juga berarti suci, bersih.

Iwan pun tak menyangka, anaknya yang masih duduk di bangku kelas 3 SD Muhammadiyah Pontianak itu memiliki pikiran dewasa untuk menasihati keluarga.

Baca Juga: Isak Tangis Iringi Pemakaman Korban Sriwijaya Air di Lubuklinggau

"Umurnya masih 8 tahun tapi pikirannya seperti orang dewasa yang menasihati kami. Saya, kakaknya dan mamanya dinasihati. Seperti apa yang dia sampaikan semua itu semacam pesan untuk kami yang akan ditinggalkan," ucap Iwan penuh kesedihan.

Athar kini sudah dimakamkan dalam satu liang lahat bersama sepupu, bibi dan kakek neneknya.

Pemakaman dilakukan di Tempat Pemakaman Muslim Babusalam Gang Alhikmah, Jalan dr Wahidin Sudirohusodo, pagi tadi dan dihadiri ratusan pelayat.

Jenazah lima keluarga besar Iwan Kurniawan disalatkan di Masjid Al Hikmah, Jalan dr Wahidin, Minggu (24/1/2021) pagi. [Suara.com/Ocsya Ade CP]

Selain Athar, turut jadi korban Sriwijaya Air SJ 182 yaitu bibinya, Ratih Windania (26) dan anaknya Yumna Fanisyatuzahra (3).

Lalu Toni Ismail (59) dan Rahmawati (59), kedua orang tua Ratih.

Jenazah diterbangkan dari Jakarta ke Pontianak menggunakan Sriwijaya Air SJ 184. Setibanya di pintu kedatangan VIP Pemda Kalbar, Bandara Internasional Supadio Pontianak, Minggu (24/1/2021) pagi, isak tangis pun tak terbendung hingga ke tempat peristirahatan terakhir.

Athar ikut bersama bibinya Ratih terbang dari Jakarta. Selain Athar, Ratih kala itu juga bersama putrinya, Yumna Fanisyatuzahra, kedua orang tuanya—Toni Ismail dan Rahmawati—terbang untuk kembali ke Pontianak.

Mereka kala itu usai menghadiri acara keluarga sekaligus berlibur di Bandung, Jawa Barat. Ratih sekeluarga juga sempat mengunjungi kakak lelakinya di sana.

Suami Ratih tidak ikut dalam perjalanan tersebut dan dilaporkan berada di Pontianak untuk menjemput kepulangan Ratih dan anggota keluarga lainnya.

Sayang, pesawat yang ditumpangi Ratih dan sejumlah anggota keluarganya dikabarkan hilang kontak dan tidak pernah mencapai tujuan di Bandara Internasional Supadio Pontianak.

Ratih diketahui sebagai pemilik usaha kuliner Soto Banjar Ninik Acil di Pontianak. Sebelumnya bekerja di Bank Kalbar Kantor Cabang Sambas. Ia kemudian menikah dengan seorang karyawan Bank Kalbar Cabang Pontianak.

Ratih sempat mengunggah video perpisahan dengan keluarga besarnya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng di Instagram Story.

Setelah pesawat yang dinaikinya dikabarkan hilang kontak dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Instagram Ratih dibanjiri ucapan duka cita dari warganet.

Hingga kini, video tersebut menjadi viral dan dijadikan kenangan terakhir bagi keluarga dan kerabat mereka.

Kontributor : Ocsya Ade CP

Load More