SuaraKalbar.id - Di tengah pandemi, sebuah sekolah adat didirikan di perbatasan RI-Malaysia. Namnaya Sekolah Adat Tumenggung Judan Sungai Utik.
Sekolah adat tersebut dibentuk oleh Suku Dayak Iban Sungai Utik yang mendiami Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar).
"Hasil musyawarah komunitas Dayak Iban sekolah adat itu diberi nama Sekolah Adat Temenggung Judan Sungai Utik," ujar Ketua Badan Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Herkulanus Sutomo Manna, di Putussibau, Kamis (4/2/2021).
Warga menyebut nama sekolah itu diambil dari nama Temenggung Sungai Utik. Sekaligus sebagai penghormatan terhadap tetua Dayak Iban, Tumenggung Juda.
Adapun untuk kegiatan sekolah adat dipusatkan di Rumah Betang (Rumah Panjang) Dayak Iban Sungai Utik.
Sutomo menuturkan sekolah adat ini dibentuk sebagai sarana untuk semakin memperkuat identitas dan eksistensi dari komunitas.
Apalagi sudah di kenal luas komunitas adat yang konsisten memegang adat dan tradisi serta komitmen penuh mengelola lingkungan.
" Tentu tugas penting bagi generasi muda Sungai Utik untuk terus mempelajari berbagai pengetahuan adat dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari," kata Sutomo.
Sementara itu, Pimpinan Rumah Panjang (Tuai rumah) Sungai Utik, Bandi Anak Ragae atau lebih dikenal sebagai Apai Janggut menyambut baik berdirinya sekolah adat tersebut.
Apai Janggut berharap agar semua anggota komunitas terlibat aktif membagi kemampuan yang dimiliki masing-masing kepada anak-anak.
" Ini adalah tugas kita bersama, banyak keterampilan yang saat ini mulai hilang, contohnya saat ini hanya saya dan Apai Kudi yang bisa Nimang (tradisi sastra lisan Iban) jika ini tidak dipelajari maka akan hilang begitu saja," kata Apai Janggut.
Ia masih banyak mencontohkan adat istiadat serta seni budaya yang mesti ditanamkan sejak usia dini bagi generasi muda suku Dayak Iban.
Kepala Desa Batu Lintang Raymundus Remang mengatakan sekolah adat sangat penting agar tradisi-tradisi adat dan budaya yang ada dapat terus digali bersama dan dipelajari oleh anak-anak melalui sekolah adat.
Remang menyebut perkembangan zaman dan teknologi dikhawatirkan dapat mengikis pengetahuan tentang adat istiadat serta budaya leluhur.
Untuk itu, kata dia, perlu adanya sekolah adat agar pengetahuan serta peninggalan leluhur itu dapat dilestarikan kepada generasi muda khususnya Suku Dayak Iban Sungai Utik.
"Banyak hal yang harus kita tanamkan kepada generasi muda dalam hidup beradat dan seni budaya peninggalan leluhur hingga ke alam yang merupakan titipan leluhur," pungkas Remang. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sungai Brantas Mau Bebas Sampah Popok? Inovasi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Harapan Baru
-
Libur Panjang Maulid Nabi 2025? BRImo Solusi Liburanmu
-
BRI Beri Apresiasi, Direksi Kunjungi Nasabah di Berbagai Daerah pada Hari Pelanggan Nasional
-
Bantuan Modal BRI Ubah Nasib Warung Pecel Sederhana Jadi Kuliner Legendaris di Kota Batu
-
BRImo Tawarkan Voucher Spesial dari Ratusan Merchant Pilihan