Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Jum'at, 12 Februari 2021 | 08:00 WIB
Melihat proses pembuatan Mie Panjang Umur makanan khas Imlek Pontianak. (Suara.com/Ocsya CP)

Setelah kering, helai demi helai mie dikukus dalam wadah khusus yang terbuat dari kayu. Proses ini, selama kurang lebih satu jam. Kemudian mie-mie itu didinginkan selama beberapa menit. Lalu diikat dan dimasukkan ke dalam kemasan plastik dan siap dipasarkan.

Fendy mengatakan, untuk perayaan hari besar seperti Imlek ini, mie asin cukup minati. Bahkan, mie ini menjadi menu favorit dan istimewa dalam sebuah perayaan tertentu.

"Mie asin ini adalah mie khas warga Tionghoa. Mie ini dipercayai sebagai mie panjang umur. Semakin kita makan mie ini, semakin panjang umur kita. Ini sudah menjadi tradisi kami," tuturnya.

Tahun ini, menjadi tahun yang berat bagi Fendy. Karena, pandemi Covid-19 membuat daya beli menurun. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, saat usaha ini dipegang sang ayah, Sunyoto Tejo alias The Ngk Cun, generasi ketiga.

Baca Juga: Cerita Perayaan Imlek Warga Tionghoa Siak, dari Ritual hingga Kuliner Khas

"Jelang Imlek tahun ini, permintaan masih normal. Karena pandemi, hanya mengalami penurun sedikit," jelas Fendy.

Biasanya, produksi sekitar 50 kilogram tepung per hari saat menjelang perayaan. Namun, karens pandemi ini, produksi hanya 40 kilogram per hari.

"Selain mie asin, kami juga membuat mie biasa. Seperti mie pangsit, mie telur dan mie mentah," katanya.

Mie khas buatan keluarga Fendy ini, hanya mampu bertahan sekira satu pekan. Karena tidak ada bahan pengawet di dalamnya.

Di Pontianak, rumah produksi mie asin ini hanya ada satu-satunya. Sedangkan wilayah pemasarannya, Fendy tidak pernah menjual eceran ke pasar. Melainkan, konsumen datang sendiri ke rumah produksi miliknya.

Baca Juga: Berani Wisata di Libur Imlek, Sanksi Menanti bagi PNS Bandar Lampung

"Kami jual hanya di sini saja. Pembeli yang datang ke sini," tutur lelaki 31 tahun ini.

Load More