Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Kamis, 18 Februari 2021 | 08:50 WIB
Anak-anak di Pontianak diserang penyakit aneh, namanya Scabies.(Suara.com/Ocsya Ade CP)

SuaraKalbar.id - Sebanyak 84 warga di Gang Pisang Berangan, Jalan Apel, Kelurahan Sungai Jawi Luar, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak terserang scabies.

Tak hanya orang-orang dewasa, anak-anak juga terserang penyakit kulit tersebut. Adanya wabah ini menjadi perhatian serius untuk semua pihak.

Kendati begitu, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat menyebut tak perlu dilakukan karantina wilayah walau ada puluhan warga yang terkena scabies.

“Tidak perlu melakukan karantina wilayah,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson, Kamis (18/2/2021).

Baca Juga: Selain Radang Usus, Ustadz Maaher Ternyata Menderita Penyakit Kulit

Menurut dia, saat ini yang terpenting adalah bagaimana Dinas Kesehatan Kota Pontianak melakukan upaya-upaya dalam menangani warga di sana. Seperti melakukan penyuluhan bagaimana cara menghindari dan cara mengobati penyakit ini.

Pengobatan yang dilakukan, kata dia, cukup berupa memberikan salep dan melakukan pembersihan di lingkungan rumah.

“Cukup kasih salep selama tiga hari. Kemudian dilakukan pemberihan kasur, seprei dan segala macam di rumah. Dijemur dan dicuci, itu yang harus dilakukan," jelas Harisson.

Senada, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu juga menyampaikan tidak perlu dilakukannya karantina wilayah. Karena pengobatan sudah dilakukan oleh pihaknya. “Tidak perlu karantina. Mereka sudah diobati,” ujar Sidiq.

Sebelumnya, Erna, salah satu warga Gang Pisang Berangan mengaku sembilan orang dalam rumahnya terkena penyakit ini. 

Baca Juga: Novel Sebut Maaher Derita Penyakit Kulit karena Penanganan Medis Buruk

"Saya juga kena di kaki. Di rumah ini total ada sembilan orang yang kena. Semua kena," jelas dia saat ditemui di rumahnya.

Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau atau kutu sarcoptes scabiei. Skabies pada anak dapat menyebabkan kulitnya sangat gatal dan luka akibat digaruk. Penyakit ini mudah sekali menular dan perlu segera diobati.

Lanjut Erna menceritakan, awalnya si anak bungsu mengalami gatal-gatal sejak bulan September 2020. Erna kira, itu hanya biang keringat.

"Saya biarkan saja. Eh, lama-lama berisi air. Saat dipecahkan, airnya bernanah. Setelah nanahnya dibuang, tangan anak saya jadi berlubang dan bengkak," ceritanya.

Sejak kejadian itu, kata dia, lalu mengjangkit ke bagian lain. Erna belum mengetahui sumber awal penularan penyakit ini. Namun, di dua gang ini hampir merata terjangkit. Diperkirakan mencapai ratusan orang yang terjangkit.

"Ramai di gang ini yang kena. Ada puluhan orang. Kebanyakan anak-anak yang kena," ujar ibu empat anak ini.

Selasa pagi, kata Erna, ada pihak dari Puskesmas Perumnas I yang mendatangi pemukiman warga terjangkit. Mereka memberikan penyuluhan terkait penyakit massal ini serta pengobatan.

"Kalau kita yang berobat ke puskesmas, sudah sering. Sampai jemu, sampai hafal salep apa yang diberikan. Tapi tidak sembuh juga. Ke dokter spesialis kulit juga sudah kita pergi," katanya.

"Katanya jangan tidur di tilam (alas tidur) dulu selama dua bulan. Sampai tilamnya saya bakar juga tidak sembuh. Baju dicuci pakai bayclin juga sudah," tutupnya.

Kontributor : Ocsya Ade CP

Load More