Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Kamis, 18 Februari 2021 | 11:44 WIB
Gunung Pangrango tampak dari Kemayoran, Jakarta Pusat. (Instagram/@dinaslhdki)

SuaraKalbar.id - Jagat media sosial dibuat geger dengan kemunculan foto Gunung Gede Pangrango dari Kemayoran, Jakarta Pusat. Foto itu viral lantaran disebut-sebut hanya tempelan.

Tudingan itu disampaikan oleh fotografer senior, Arbain Rambey seusai akun resmi Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta membagikan cuitan yang menampikan foto Gunung Gede Pangrango tampak jelas dari Jakarta.

"Ini foto tempelan. Untuk dapat Pangrango segede gitu, butuh tele panjang lalu motret dari jauh. Melihat perbandingan mobil depan dan belakangnya, jelas tak memakai tele panjang," cuit Arbain Rambey.

Bersamaan dengan itu, warganet pun ramai memberikan komentar. Tak sedikit yang kemudian mengungkap spekulasinya mengenai foto yang viral.

Baca Juga: Diam-diam Beli Jualan Ibunya yang Sepi, Aksi Warganet Ini Bikin Haru

Bak detektif, mereka ramai-ramai menyelidiki foto Gunung Pangrango dari Kemayoran yang sedang digunjingkan.

Beragam komentar menggelitik dicuitkan warganet. Kebanyakan malah mengungkap temuan kocak yang diklaim didapat dari jalanan Jakarta.

Netizen bak detektif selidiki foto Gunung Pangrango tampak dari Kemayoran. (Twitter).

Seperti warganet @ewinidin*** yang menyoroti foto seorang wanita turun dari angkot.

"Ada mbak kunti kesiangan mo pulang naik angkot," kata dia.

Sementara @rizapa*** mengunggah foto gunung dan berkomentar, "Gunung Merapi nyimak saja ndak dikira tempelan nanti".

Baca Juga: Geger Pria Misterius Kapak Kepala Kucing Sampai Hancur di Batam, Sosiopat?

Warganet lain juga membagikan foto editan Monas dengan latar belakang Gunung Sinabung.

Netizen bak detektif selidiki foto Gunung Pangrango tampak dari Kemayoran. (Twitter).

Klarifikasi Fotografer

Usut punya usut, foto Gunung Pangrango tampak dari Kemayoran adalah hasil karya Ari Wibisono.

Melalui unggahannya Ari Wibisono memberikan klarifikasi atas kehebohan yang terjadi. Ia mengaku kecewa dengan komentar yang dilayangkan Arbein Rambey terkait fotonya.

Ari menyebut karyanya adalah foto Gunung Gede Pangrango di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran Jakarta Pusat.

"Yang sangat saya kecewakan ada Fotografer Senior memberikan statement bahwa Foto Saya "Tempelan" Gunung Gede itu tempelan," ujarnya.

"Baik saya berkolaborasi dengan mas Rifky Widianto @rfkyw dengan memaparkan file Asli Jepretan saya, Hasil Kerja Keras dan mengabarkan kepada warga Jakarta tentang Kondisi #JakartaLangitBiru," sambungnya.

Terlihat dalam postingannya, Ari Wibisono menunjukkan file foto miliknya sebelum dan sesudah diedit.

Klarifikasi Ari Wibisono soal foto "Tempelan" Gunung Gede Pangrango (instagram.com/wibisono.ari)

Tak hanya itu, ia turut menjelaskan sejumlah foto yang ia ambil menggunakan ukuran lensa yang berbeda di Insta Story miliknya.

Ari Wibisono menyatakan, mestinya Arbain Rambey mencoba memotret Gunung Gede Pangrango menggunakan berbagai ukuran lensa di tempat yang sama sebelum mengoreksinya.

"Intinya, sebelum mengoreksi sebuah karya, boleh dicoba dengan tempat yang sama dan lensa yang sama ukurannya," ujarnya.

Ari Wibisono bahkan menjamin ketika udara bersih Gunung Gede Pangrango akan terlihat jelas dengan telanjang mata di titik tempat ia mengambil gambar.

"Saya jamin di titik itu ketika udara bersih ibu kota, Gunung Gede Pangrango akan terlihat jelas dengan mata telanjang. Yang pasti gunung itu tidak akan kemana mas, tetap akan di situ dan yang paling menentukan adalah CUACA, POLUSI, DAN UDARA," terangnya.

Respons Pemprov DKI

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Syaripudin mengatakan, Gunung Gede Pangrango memang bisa terlihat dari Kemayoran jika kondisi cuaca dan kualitas udara Jakarta sedang baik. Terlebih lagi pada saat ini, kondisi pandemi membuat syarat itu terwujud.

"Pandemi telah menunjukkan kepada kita, bahwa masih ada harapan untuk lingkungan hidup yang lebih baik dan oleh karena itu kita perlu berubah menuju kota yang lebih berkelanjutan dan tangguh," ujar Syaripudin dalam keterangan tertulis, Kamis (18/2/2021).

Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemprov telah menerapkan sejumlah kebijakan untuk membatasi kegiatan masyarakat. Hasilnya, tingkat polisi berkurang serta kualitas udara menjadi lebiu baik.

"Hal ini juga karena adanya peningkatan signifikan gaya hidup baru penggunaan sepeda sebagai alat transportasi ramah lingkungan dan adanya pengetatan kewajiban uji emisi bagi kendaraan bermotor," jelasnya.

Tak hanya itu, menurut Syaripudin kebijakan mendorong masyarakat menaiki kendaraan umum juga menjadi faktor. Banyak masyarakat yang meninggalkan kendaraan bermotor pribadinya dan menggunakan moda transportasi massal yang disediakan.

"Kami terus mengerjakan perluasan MRT, BRT, LRT, revitalisasi trotoar, integrasi berbagai moda transportasi, dan pengembangan jalur khusus sepeda di seluruh kota," pungkasnya.

Load More