Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Senin, 24 Mei 2021 | 15:18 WIB
Ilustrasi penculikan dan pengeroyokan. [Antara]

SuaraKalbar.id - Pemungutan Suara Ulang (PSU) buntut sengketa Pilkada Kalsel bakal dilaksanakan pada 9 Juni 2021. Namun, jelang prosesi tersebut sejumlah pemuda mengaku jadi korban penculikan dan pengeroyokan.

Sekelompok pemuda itu merupakan simpatisan dari Paslon Haji Denny Indrayana-Difriadi Drajat (H2D). Dua orang mengaku diculik hingga diancam dibunuh setelah memasang spanduk dan menempel stiker anti politik uang di kawasan Kelayan Timur, Bajarmasin, Kalimantan Selatan.

Insiden tersebut terjadi pada Minggu (23/5/2021) siang, belum ada sepekan dari ikrar damai PSU.

Mengutip Kanalkalimantan.com (jaringan Suara.com), keempat korban yakni A, R, K dan D. Salah seorang korban yakni K, membeberkan kejadian penculikan yang dialaminya.

Baca Juga: Balita Hilang di Cipta Grand City Ditemukan, Ngaku Diajak Om-om Misterius

Dia mengatakan, awalnya mereka berempat dihampiri oleh lima orang tidak dikenal yang datang menggunakan sepeda motor.

Kelima orang tersebut, kata dia, mengaku sebagai anggota pengawas Pilgub Kalsel dan mengatakan kalau spanduk dan stiker anti politik uang yang ditempelkan telah menyalahi aturan.

Ilustrasi penganiayaan (Shutterstock).

"Kami kaget ketika dihampiri mereka. Salah satunya menghubungi teman-temannya dan mengajak untuk datang. Tidak lama kemudian, mereka datang lebih banyak sekitar 15-an orang lalu memojokkan kami,” ujar K, Senin (24/5/2021)

Lantaran merasa terintimidasi, mereka lalu memutuskan untuk pergi dari lokasi dengan berboncengan motor.

Namun, A dan R yang berboncengan motor tertinggal di tempat sehingga ditarik oleh orang tidak dikenal tersebut dan dibawa pergi.

Baca Juga: Tiga Pengeroyok Petugas Dishub Bekasi Akhirnya Tertangkap

Masing-masing dari mereka berdua dibawa secara terpisah dalam posisi diapit di tengah motor. Handphone mereka berdua disita dan diakses tanpa izin.

“Saya dipaksa menyerahkan handphone dan membuka kuncinya. Mereka cek WhatsApp dan saya lihat mereka sempat screenshot dan kirim foto-foto ke handphone milik mereka," beber A.

A mengaku dibawa ke sebuah jalan sepi di sekitar Banjar Indah. Di sana, dia menerima ancaman dengan senjata tajam berupa celurit kecil yang dikeluarkan oleh seseorang dari tas.

Dia mengaku kemudian dipukul oleh sekitar 15-an orang hingga benjol dan luka-luka di telinga kanan dan bibirnya robek..

Sedangkan R sempat dibawa ke sebuah rumah dan bertemu dengan seseorang yang diketahui merupakan anggota DPRD Kota Banjarmasin berinisila ZAH.

R kemudian dibawa ke suatu jalan sepi di sekitar Teluk Kubur, Banjarmasin Selatan, lalu diancam dan dipukuli oleh sekitar 4 orang.

Sore harinya, K dan D mengatakan upayanya untuk menghubungi A dan R lewat video call sempat berhasil. Saat itu, dia melihat  wajah ZAH.

Untungnya, D sempat screenshot kejadian tersebut sebelum ZAH memalingkan wajahnya dan berusaha menghindar.

A dan R kemudian dibawa sebuah rumah sebelumnya dan bertemu ZAH. Keduanya lalu diancam untuk membuat pernyataan dalam sebuah video.

Mereka disuruh mengatakan kalau pemasangan spanduk dan penempelkan stiker anti politik uang dilakukan tanpa izin. Kedua korban lantas melaporkan kejadian ini kepada tim kuasa hukum H2D.

Load More