Scroll untuk membaca artikel
Bella
Rabu, 19 Januari 2022 | 13:52 WIB
MAZE Market atau yang lebih dikenal dengan sebutan Taman Lampion, sempat menjadi salah satu tempat wisata favorit masyakarat Kota Tangerang pada masanya. [Instagram]

SuaraKalbar.id - Menjelang perayaan Imlek, salah satu hiasan yang menjadi ciri khas adalah lampion. Disepanjang jalan, atau toko maioun bangunan lain milik etnis Tionghos biasanya akan dipasang lampion

Namun, bukan sekedar hiasan semata. Lampion ternyata memiliki makna dan sejarah panjang sejak ribuan tahun silam.

Beberapa sumber menyebutkan, lampion sudah ada sejak ribuan tahun lalu, tepatnya sejak era Dinasti Han Timur, sekitar abad ke-3, pada tahun 25 - 220 masehi.

Pada zaman itu, lampion berfungsi sebagai sumber cahaya dan berfungsi untuk mengusir bintang buas.

Baca Juga: Yuk Dicatat, 5 Daftar Film China Terbaru Tayang di Tahun Baru Imlek

Cara membuatnya juga sederhana, yakni berupa sebuah lilin yang dikelilingi bambu, kayu, atau jerami gandum. Sementara pada bagian atas atau penutupnya menggunakan sutra atau kertas, fungsinya agar nyala api tidak tertiup angin.

Seiring berjalannya waktu, lampion diadopsi oleh para biksu Buddha sebagai bagian dari ritual ibadah, khususnya pada hari ke 15 di bulan pertama Kalender Lunar.

Sejak saat itu, lampion mulai identik dengan perayaan tahun baru dalam penanggalan Tionghoa atau hari raya Imlek.

Pada masa itupula, masyarakat mulai mengenal teknik pembuatan kertas, yang kemudian dipakai juga untuk membuat lampion hingga saat ini.

Sedangkan warna merah, digunakan untuk lampion karena memiliki arti pengharapan di tahun yang baru akan diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, serta kebahagiaan. Selain itu, dalam budaya China, warna merah juga menyimbolkan kemakmuran.

Baca Juga: Asal Usul Kue Keranjang: Arti Warna dan Simbol Keberadaanya yang Identik dengan Perayaan Imlek

Selain itu, lampion juga dikaitkan dengan berbagai legenda, salah satunya mengenai Li Zicheng, seorang pemimpin pemberontakan petani pada masa akhir Dinasti Ming (1368-1644).

Diceritakan bahwa, Li dan pasukannya menyerang kota Kaifeng tanpa mengganggu rumah-rumah penduduk yang menggantungkan lampion merah di pintu.

Para penjaga kota Kaifeng yang kewalahan membuka bendungan untuk menghancurkan pasukan Li. Namun, banjir justru melanda rumah-rumah penduduk.

Karena dilanda banjir, banyak orang naik ke atap rumah dengan membawa lampion merah. Li dan pasukannya menyelamatkan mereka dengan membawa lampion merah sebagai alat penerangan.

Untuk memperingati kebaikan hati Li, bangsa Tionghoa selalu menggantung lampion merah pada setiap perayaan penting seperti Tahun Baru Imlek.

Load More