Scroll untuk membaca artikel
Bella
Senin, 21 Februari 2022 | 09:43 WIB
Ilustrasi babi. (shutterstock)

SuaraKalbar.id - Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar, Muhammad Munsif menyebutkan kematian hewan babi dikarenakan virus African Swine Fever (ASF) atau yang dikenal dengan Demam Babi Afrika di Kalimantan Barat dimulai sejak September 2021 hingga Februari 2022 dengan total kematian 44.321 ekor babi.

“Gelombang pertama yakni September 2021,kasus kematian bermula di Kabupaten Kapuas Hulu Lalu Sintang dan Melawi dengan kematian 460 ekor,selanjutnya pada gelombang kedua,Desember 2021, total kematian mencapai angka 11.845 ekor. kemudian pada gelombang ke tiga ,31 Januari 2022 total kematiannya kembali bertambah menjadi 17.845 ekor dan terjadi lonjakan pada 8 Februari 2022,menjadi 44.321 ekor,” ungkapnya melansir suarakalbar.co.id-jariangan suara.com- di Pontianak, Senin (21/2/2022).

Ia mengatakan jika daerah yang terdampak ditotalkan ada 10 kabupaten kota di Kalbar yaitu Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, Landak, Bengkayang, Mempawah, Singkawang dan Kubu Raya. Berdasarkan data yang terangkum, wilayah yang paling merasakan dampak kejadian penyakit ASF adalah Sanggau.

“Sanggau itu paling terdampak penyakit ini, karena kematian hewan bisa mencapai 24.216 ekor, di ikuti sintang 7.030 ekor landak 6.318 dan mempawah 3.416, adanya hal ini saya berharap kepada masyarakat pemilik hewan ternak untuk berperan aktif dalam pengawasan pengiriman hewan babi, agar tidak membawa virus dan menjangkiti hewan ternak lain,” tutupnya.

Baca Juga: Satu Ruko Alfamart dan Bengkel di Jl. Budi Utomo Dilahap Api, Kerumunan Menyulitkan Petugas Bergerak Memadamkan Api

Babi yang terjangkit ASF memiliki gejala diantaranya diawali dengan tak mau makan dan lemas, ada tanda merah kebiruan pada kulit, diare dan muntah, serta terjadi perdarahan pada seluruh organ yang diawali dengan limpa serta mengeluarkan darah. ASF sendiri hingga kini belum ditemukan obat atau vaksinnya.

Load More