Scroll untuk membaca artikel
Bella
Selasa, 10 Mei 2022 | 14:21 WIB
Kolonel Priyanto diperiksa di Pengadilan Militer (Suara.com)

SuaraKalbar.id - Anggota Tim Kuasa Hukum Kolonel Infanteri Priyanto, Letda Chk Aleksander Sitepu meminta kepada majelis hakim, yang dipimpin oleh Brigjen TNI Faridah Faisal, untuk membebaskan Kolonel Priyanto dari dakwaan primer dan dakwaan kedua alternatif pertama.

Tidak hanya itu, pihaknya juga meminta majelis hakim melepaskan dia dari segala tuntutan hukum yang berpedoman pada dua dakwaan tersebut, lantaran mnurutnya Priyanto saat kejadian beranggapan Handi-Salsabila telah meninggal dunia sehingga dia pun membawa kabur keduanya dan membuang mereka ke Sungai Serayu.

“(Kami meminta majelis hakim) menjatuhkan hukuman yang seringan-ringannya atau apabila majelis hakim berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya,” kata Letda Aleksander saat membacakan nota pembelaan (pledoi) untuk Kolonel Priyanto saat sidang, melansir Antara, Selasa (10/5/2022).

Aleksander juga menyatakan, Priyanto menolak dakwaan dan tuntutan Oditur Militer yang menyebut dia melakukan pembunuhan berencana dan penculikan terhadap Handi Saputra dan Salsabila.

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Video Dua Sejoli Diduga Berbuat Tindakan Tak Senonoh saat Macet di Jalan?

“Kolonel Infanteri Priyanto tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Oditur Militer Tinggi pada dakwaan kesatu primer Pasal 340 juncto Pasal 55 ayat 1 kesatu KUHP dan dakwaan kedua alternatif pertama Pasal 328 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 kesatu KUHP,” kata Aleksander.

Diketahui, Pasal 340 KUHP yang menjadi dakwaan primer Oditur mengatur hukuman pidana pembunuhan berencana yang ancamannya maksimal pidana mati atau penjara seumur hidup.

Selain itu, Pasal 328 KUHP mengatur soal pidana penculikan yang ancaman hukumannya maksimal 12 tahun.

Pada persidangan sebelumnya, Oditur Militer Tinggi II Jakarta Kolonel Sus Wirdel Boy dalam tuntutannya menyampaikan Priyanto terbukti melakukan pembunuhan berencana sehingga ia meminta majelis hakim memvonis terdakwa penjara seumur hidup.

Namun menurut kuasa hukum, Priyanto hanya bersalah melanggar Pasal 181 KUHP sebagaimana masuk dalam dakwaan subsider ketiga Oditur. Pasal 181 KUHP mengatur hukuman menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian seseorang dengan ancaman penjara maksimal 9 bulan.

Baca Juga: Video Pasangan Disebut Mesum di Atas Mobil Pikap saat Macet Ternyata Salah! Sang Suami Bantu istri yang Mabuk Darat

Load More