Scroll untuk membaca artikel
Bella
Minggu, 19 Juni 2022 | 14:54 WIB
Puan Maharani, Surya Paloh dan Megawati Soekarnoputri selfie. (Instagram/@puanmaharani)

SuaraKalbar.id - Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona menilai Partai NasDem dan PDI Perjuangan bagaikan air dan minyak, dekat tapi jauh.

Hal tersebut dikatakannya saat menyoroti kedua partai tersebut yang menurutnya saling respon antara satu dengan lainnya melalui agendanya masing-masing.
Menurut Rajamuda Bataona, NasDem ingin menjadi pengubah permainan (game changer) dalam pertarungan politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Dari sisi kebatinan, taktik politik NasDem lewat rakernas dapat dibaca bahwa NasDem ingin menjadi game changer pada Pilpres 2024," ungkapnya di Kupang, NTT, Minggu.

Menurutnya, penilaian tersebut didasarkan pada langkah politik Partai NasDem yang mengusulkan 3 nama untuk menjadi Calon Presiden Republik Indonesia Periode 2024-2029 dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai NasDem di Jakarta pada Jumat (17/6).

Baca Juga: Begini Sikap Relawan Setelah Anies Diusulkan NasDem jadi Capres 2024

Ketiga nama itu, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Rajamuda Bataona mengungkapkan langkah ini menunjukkan bahwa NasDem sebenarnya sedang mencoba memainkan kartu truf-nya sebagai partai antitesis dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Hal ini bisa terbaca dari gonjang ganjing politik selama ini di mana dalam banyak isu, katanya, Partai NasDem selalu berdiri pada posisi yang berbeda dengan PDIP baik dari aspek cara pandang maupun dari sisi pilihan politik.

Dirinya melanjutkan, NasDem dan PDIP merupakan mitra koalisi yang dekat tapi jauh. Ibarat minyak dan air yang sulit sepaham.

"Saat di Istana Negara ketika jamuan makan bersama Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu, bahasa tubuh Surya Paloh (Ketua Umum Partai NasDem) dan Megawati (Ketua Umum PDIP) tidaklah akrab," ungkapnya.

Baca Juga: 2 Suporter Meninggal Dunia, Ganjar Pranowo: Penonton Harus Tertib, Kasih Semangat Tapi Damai

Pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik di Fisip Unwira Kupang ini menilai kalimat Surya Paloh dalam rakernas menegaskan bahwa jangan ada partai yang merasa sangat berkuasa, menang sendiri, dan sombong adalah pesan verbal yang bermakna jelas bahwa posisi mereka sebagai partai antitesis.

Di sisi lain, kata dia, saat NasDem sedang membuat kegiatan rakernas, PDIP juga mengumpulkan semua kepala daerah di Lenteng Agung Jakarta untuk mengikuti sekolah partai termasuk Ganjar Pranowo.

Menurutnya, secara psikologis, hal tersebut merupakan upaya adu kekuatan, saling tekan, dan sekaligus unjuk soliditas sehingga hampir semua pernyataan Surya Paloh di forum rakernas langsung dibantah Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

"Publik tentu cerdas membaca ini sebagai rivalitas dua sahabat koalisi pemerintah yang memang sejak Pemilu 2019 sudah saling berkompetisi. Sudah seperti air dan minyak," ujarnya. Antara

Load More