Perempuan itu mengenal Amen via media sosial, karena lelaki ini kerap live di Facebook memperkenalkan brand Bakmie Loncat miliknya. Dia pun dianggap Tionghoa yang cukup terkenal di media sosial.
"Terkumpul uang Rp600 juta dalam waktu tiga hari. Di situ mulanya," kenang Amen.
Sejak itulah, Tim Sosial Bakmie Loncat terus bergerak melakukan santunan sosial. Kegiatan-kegiatan sosial mereka semakin dapat dukungan. Banyak pengusaha jadi donatur. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan dunia. Amen sebagai inisiatornya. Salah satu donatur tetap Tim Sosial Bakmie Loncat adalah Fuidy Luckman. Amen menyebut lelaki berkaca mata itu sebagai Dewa Uang.
"Chaisen orang Chinese bilang. Dia dewa duit," ujar Amen tertawa.
Baca Juga:Rapor Daihatsu: Raih Peringkat Kedua Pasar Otomotif Nasional Semester Pertama
Hingga saat ini, aksi sosial Bakmie Loncat terus berkontribusi memberi bantuan kepada masyarakat kurang mampu. Mereka tak pandang suku dan agama. Setiap malam, Amen menyapa warga di media sosial. Medsos jadi media perantara, dapat berbagai aduan masalah sosial.
Relawan Tim Sosial Bakmie Loncat tersebar di berbagai wilayah. Mereka tak digaji, namun bekerja dengan hati. Amen sebagai pencetus Gerakan Sosial Bakmie Locat, telah merasakan berkah menolong orang banyak.

Ia merasa, hidupnya kini lebih bermanfaat untuk umat. Di usianya yang mulai senja, Amen sudah tak mau muluk-muluk hidup bergelimang harta dan kekuasaan. Baginya, terpenting saat ini bisa membantu sesama.
"Kita kaya sudah tak bisa. Usia sudah tua. Yang penting, badan sehat dan cukup makan saja," ungkapnya.
Lahir dari Keluarga Sederhana
Baca Juga:Pandemi Covid-19 Batasi Aktivitas, Ruang Digital Jadi Panggung Industri Otomotif
Amen lahir di Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang pada 1966. Dia anak ketiga dari pasangan Hok Lo dan Fit Siu Chin. Ayahnya seorang sinshe atau tabib China. Sementara ibunya, adalah nyonya rumah tangga. Sejak kecil, Amen sudah merasakan hidup serba kekurangan.