Desak Tokoh Politik Haramkan Politik Identitas, Pengamat: Kalau Terjadi akan Sulit Diredam

Publik harus meminta ke kandidat agar menyatakan mengharamkan politik identitas yang sempit

Bella
Selasa, 16 Agustus 2022 | 19:07 WIB
Desak Tokoh Politik Haramkan Politik Identitas, Pengamat: Kalau Terjadi akan Sulit Diredam
Pengunjung melihat pameran foto "Scapegoating The Other in Southeast Asia" di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, Jumat (7/12). [Suara.com/Fakhri Hermansyah]

SuaraKalbar.id - Pengamat politik Emrus Sihombing mengatakan jika politik identitas terjadi di Indonesia maka hal tersebut akan sulit untuk diredam.

"Kalau itu terjadi, akan sulit diredam. Negara ini berasaskan Pancasila, semua tumbuh karena kebersamaan. Setiap manusia berbeda antara satu dan lainnya, dan perbedaan itu harus dihargai," katanya saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Untuk itu dirinya mendesak semua tokoh politik terutama yang akan berkompetisi pada pemilu nanti seharusnya mengharamkan politik identitas seperti komitmen Presiden Jokowi.

"Publik harus meminta ke kandidat agar menyatakan mengharamkan politik identitas yang sempit," kata Emrus.

Emrus juga mengapresiasi Presiden Joko Widodo yang mengimbau agar tidak ada lagi politik identitas pada pemilihan umum 2024.

Menurut Emrus, semua tokoh politik seharusnya punya komitmen yang sama dengan Presiden Jokowi.

Baca Juga:Apa Itu Decacorn? Istilah Perusahaan yang Disinggung Jokowi di Pidato Sidang Tahunan

Dirinya mengungkapkan, politik identitas disampaikan oleh kelompok tertentu untuk merugikan calon tertentu dan menguntungkan calon tertentu. Padahal, dampak dari politik identitas bisa memicu konflik horisontal.

Emrus mengatakan pesan Jokowi agar tidak ada politik identitas pada Pemilu 2024 sangat positif. Sebagai Presiden, Jokowi punya kekuatan dalam menyampaikan pesan sehingga diikuti tokoh politik lainnya.

"Apa yang presiden katakan harus ditaati. Kalau ada kandidat yang masih menggunakan politik identitas, publik harus menolak. Publik jangan memilih kandidat yang diuntungkan politik identitas," katanya.

Di sisi penyelenggara Pemilu, Emrus menilai KPU dan Bawaslu juga harus lebih aktif mencegah politik identitas.

KPU bisa membuat aturan yang lebih tegas, sedangkan Bawaslu bisa memberikan sanksi, mulai dari teguran bahkan sampai diskualifikasi dari pencalonan.

"KPU harus berani merumuskan aturan yang melarang politik identitas. Yang menegakkan aturan Bawaslu," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini