SuaraKalbar.id - Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memaparkan bahwa partainya ingin mengusung sosok pemimpin yang mampu membawa Indonesia menjadi pemimpin bagi bangsa-bangsa di dunia pada Pemilu 2024.
"PDIP ingin mengusung pemimpin yang mampu membawa Indonesia menjadi pemimpin bagi bangsa-bangsa di dunia," kata Hasto di Yogyakarta, Senin.
Hal tersebut diungkapkan Hasto dalam diskusi Election Corner bertema "Mengembalikan Kembali Politik Programatik di Pemilu 2024" yang diselenggarakan Fisipol UGM.
Oleh karena itu, kata Hasto, pemimpin itu haruslah seseorang yang memiliki ideologis, memiliki kemampuan teokratis, memiliki rekam jejak sejarah yang panjang, dan kuat.
Pemimpin itu juga harus ditopang oleh kekuatan kolektif partai politik atau gabungan partai politik.
Maka, kata Hasto, jangan sampai terjadi lagi "tsunami" politik pada tahun 2014. Ketika Jokowi-JK memerlukan 1,5 tahun hanya untuk mengonsolidasikan kekuasaan akibat parlemen dikuasai parpol nonpendukung pemerintah.
"Itu yang kami persiapkan, merancang satu gabungan partai politik agar pemerintahannya efektif. Selain itu, juga mayoritas dukungan Presiden dari rakyat 50 persen plus 1 tercermin juga di parlemen," ungkap Hasto dalam siaran persnya.
Oleh karena itu, pentingnya melakukan lobi-lobi politik dan negosiasi dengan partai politik lainnya.
"Lobi politik penting. Negosiasi itu perlu, jalan-jalan sehat itu perlu, naik kuda bersama itu perlu. Sekarang naik perahu juga perlu karena Jakarta banjir," kata Hasto disertai tawa peserta diskusi.
Selain tentang sosok pemimpin, Hasto juga memandang penting soal momentum untuk mengusung calon.
Saat ini Presiden Jokowi masih punya 2 tahun masa jabatan hingga 2024 dan negara menghadapi penurunan kondisi perekonomian.
"Dalam konteks politik persoalan ekonomi ini yang paling berat saat ini. Ini yang harus diatasi. Jangan dibawa ke kontestasi politik Pemilu 2024 yang terlalu dini. Kami punya komitmen mencapai legacy yang maksimal bagi Pak Jokowi," katanya.
Hasto juga berkaca pada pengalaman ketika Jokowi dan K.H. Ma'ruf Amin dicalonkan.
"Kalau kita lihat pengalaman, Pak Jokowi diumumkan pada tanggal 6 Maret 2014 oleh Ibu Mega. Pemilunya pada bulan Juni 2014. Kalau analoginya begitu, ya, kira-kira Juni tahun depan, pas bulan Bung Karno, di situ (umumkan calon presiden, red.). Meskipun semuanya akan diputuskan oleh Ibu Mega. Beliau meminta semua bersabar dan fokus pada pemulihan ekonomi," kata Hasto.
Kiai Ma'ruf Amin diputuskan saat penetapan pasangan calon presiden/wakil presiden di KPU.
"Penetapan dan keputusan cawapres utusannya pada hari Minggu sekitar pukul 16.00 WIB, sementara pendaftarannya Senin (esok harinya). Itu real politik, dalam praktik seperti itu," ucapnya.
Maka, saat ini PDI Perjuangan lebih menyiapkan visi dan misi capres dan cawapres terlebih dahulu yang isinya menggambarkan visi Indonesia ke depan, yang senapas dengan pemerintahan Soekarno-Megawati-Jokowi.
"Untuk siapa yang akan disiapkan, itu keputusannya Ibu Mega. Yang jelas pengalaman 2014 mampu melahirkan banyak pemimpin. Visi dan misi capres PDI Perjuangan progressnya sudah 80 persen," ujarnya. (Antara)
Baca Juga:Sultan HB X Lapor Presiden Jokowi Soal Kontrak 35 Ribu Hektare Tanah Petani