Penyelidikan menunjukkan tidak ada bukti penculikan sebagaimana laporan awal, dan pelaku akhirnya ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan.
Sidang kasus ini digelar di Pengadilan Negeri Pontianak, dan pada 5 Maret 2025, Jaksa Penuntut Umum menuntut IF dengan hukuman 20 tahun penjara.
Tuntutan ini menuai kritik dari keluarga korban, khususnya ibu kandung Nizam, Fitri Pratiwi (Tiwi), yang menilai hukuman tersebut belum mencerminkan keadilan.
Keluarga berharap vonis maksimal, yaitu hukuman mati atau seumur hidup.
Baca Juga:Rute dari Pontianak ke Danau Sentarum Kapuas Hulu, Lengkap dengan Pilihan Transportasi
Pada 16 April 2025, majelis hakim menjatuhkan vonis 20 tahun penjara dan denda Rp 4 miliar kepada IF. Vonis tersebut juga dianggap belum memenuhi rasa keadilan oleh pihak keluarga.
Mereka berharap Jaksa mengajukan banding dengan pasal yang lebih berat, yakni Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.
Kasus ini memicu keprihatinan masyarakat luas dan menyoroti pentingnya perlindungan anak serta penerapan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan dalam rumah tangga.