Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Sabtu, 13 Maret 2021 | 16:56 WIB
Ilustrasi korban PHK.

SuaraKalbar.id - Pandemi Covid-19 membuat para wirausahawan memutar otak agar tetap bisa menyambung hidup dan menggaji para pekerja. 

Itu juga yang terjadi dengan Dadang, seorang pengrajin sangkar burung. Hebatnya, Dadang justru membuka lapangan pekerjaan di tengah pandemi dengan merekrut korban PHK alias pemutusan hubungan kerja.

Dadang kini kebanjiran rezeki, banyak orang yang memesan sangkar burung kepadanya. Mengingat hobi pelihara burung sedang digandrungi.

Pemuda asal Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat rersebut awalnya kini memiliki 20 pekerja yang didominasi anak muda.

Baca Juga: Kena PHK, 54 Pekerja Hotel Grand Quality Tuntut Pesangon Rp3,3 Miliar

Selama pandemi, dia kebanjiran pesanan dari berbagai daerah, sehingga sukses membuka lapangan pekerjaan untuk warga di sekitar tempat tinggalnya.

Sangkar burung hasil tangan Dadang mendapat pasar yang cukup besar mulai dari wilayah Jabodetabek, hingga keluar daerah.

Usaha kecil yang dikelola Dadang saat ini menampung 20 orang pekerja yang sebagian besar anak muda. Awalnya dia mengaku tak tega, melihat banyak orang di kampungnya jadi korban PHK.

Pengrajin sangkar burung kebanjiran rezeki. (Antara/Ahmad Fikri)

"Saya sudah merintis usaha ini, sejak beberapa tahun terakhir. Namun selama pandemi banyaknya pemuda yang pulang kampung karena di PHK, membuat saya berpikir kenapa tidak melibatkan," katanya.

Berawal dari sanalah, beberapa orang teman dekat dan tetangga samping rumah yang mulai tertarik untuk membuat sangkar burung, yang akhirnya bertambah hingga 20 orang.

Baca Juga: Bule Korban PHK Banting Stir Jualan Roti Goreng di Bali, Kisahnya Viral

Hal itu membuat Dadang putar otak, bagaimana cara menambah modal dan mencari biaya supaya bisa membayar upah pekerja yang semakin hari banyak meminta untuk bergabung.

Dadang mengaku awalnya dia hanya memiliki beberapa ratus ribu rupiah untuk membeli bahan baku sangkar burung.

Namun saat ini, seiring meningkatnya pesanan dan bertambahnya pekerja, membuatnya menerapkan sistem pembayaran setelah sangkar terjual.

Ia menjelaskan harga satu buah sangkar burung dipatok mulai dari Rp100 ribu hingga Rp1 juta, tergantung tingkat kesulitan dalam membuat sangkar.

Sementara untuk pasar, tambah dia, beberapa orang pemilik toko dan pemasok datang langsung ke rumah tempatnya.

"Untuk satu minggu biasanya sampai 30 sangkar yang terjual, sehingga setiap minggu mereka yang tadinya menganggur kembali mendapat penghasilan mulai Rp 300-500 ribu per orang, tergantung berapa banyak sangkar yang dihasilkan," katanya.

Lebih lanjut, Dadang berharap mendapat bantuan dari pemerintah mulai dari pelatihan hingga bantuan permodalan agar warga yang selama pandemi kesulitan bekerja bisa mandiri dan memiliki usaha di rumah. (Antara)

Load More