Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Minggu, 27 Juni 2021 | 19:52 WIB
Tradisi Mancang, menjadi penguat persaudaraan di Pulau Kabung, Singkawang, Kalimantan Barat. (Antara)

Komunitas warga Bugis hidup rukun dengan warga lainnya seperti suku Melayu, Jawa Sunda dan Tionghoa.

Gotong royong dan saling membantu antar warga masih sangat dipertahankan dan solidaritas antar kelompok suku yang ada sangat tinggi. Pola kerja yang disebut be la le' cukup kental di tengah warga Bugis dan Melayu Pulau Kabung.

Contohnya jika ada warga yang akan mancang tiang bagan (bangunan untuk menangkap ikan teri) maka seluruh warga malamnya istirahat menangkap ikan, karena besok akan ada pekerjaan secara gotong royong membantu warga bangun bagan.

Pekerjaan gotong royong mendirikan (mancang) 20 tiang bagan hingga berdiri selesai dalam waktu setengah hari.

Baca Juga: Kalbar Target 70 Persen Warganya Divaksin Sampai 3 Bulan ke Depan

Inilah salah satu bentuk kerja sama dan solidaritas antar warga pulau Kabung yang masih dipertahankan dari awal adanya penduduk pulau Kabung sampai sekarang.

Demikian juga kegiatan sosial lainnya, seperti upacara kematian, selamatan dan perkawinan polanya sama dengan kegiatan mancang tiang bagan.

Tradisi dan kearifan lokal seperti ini patut dipertahankan sebagai perekat kerukunan dalam mengelola keragaman antar warga.

Yang berbeda adalah tentang kematian. Menurut penuturan salah satu warga Kabung, Sela, jika ada warga Kabung meninggal dunia maka jenazah diantar/ dikuburkan di daerah asalnya.

Kecuali yang tidak memiliki keluarga. Jadi, di Pulau Kabung kuburan relatif sepi. Bahkan di RT Selatan tidak ada makam/kuburan. Kuburan dipusatkan di RT Timur.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Ketapang Kalimantan Barat Paling Hits

Potensi yang dimiliki pulau Kabung selain ikan, lada dan cengkeh, adalah terumbu karang serta pantai yang bersih.

Pesona pulau Kabung cukup eksotis pada saat kita menikmati matahari tenggelam (sunset) dengan diiringi tiupan sepai sepoi angin laut yang membuat suasana semakin syahdu.

Pada jam 5 sore para nelayan sudah bersiap siap untuk melaut (melampu). Dengan membawa peralatan yang diperlukan seperti jaring, genset, lampu senter, dan lain lain, sang nelayan melaut dengan membawa harapan semoga memperoleh banyak ikan teri.

Suasana malam hari di lautan nampak hingar bingar oleh bunyi motor air nelayan yang bolak balik ke darat membawa ikan teri hidup (basah) ke paun (semacam dapur) untuk segera di masuk dalam kawah besar yang airnya selalu mendidih.

Lautan yang semula gelap, berubah menjadi terang benderang oleh lampu bagan seperti layaknya kota di tengah lautan.

Pulau Kabung potensi wisatanya sangat menjanjikan, namun relatif masih belum dikelola dengan baik. Dari segi jarak, sangat dekat dengan kota Singkawang.

Load More