Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Rabu, 11 Agustus 2021 | 12:35 WIB
Tuan Guru Kapuh atau KH Muhammad Ridwan. (YouTube/ppma channel)

SuaraKalbar.id - Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Salah satu ulama kharismatik di Kalimantan, Tuan Guru Kapuh meninggal dunia.

Tuan Guru Kapuh atau KH Muhammad Ridwan Baseri meninggal dunia, Rabu (11/8/2021) di rumah sakit.

Kabar meninggalnya Tuan Guru Kapuh beredar di media sosial dan dikonfirmasi sejumlah pihak.

Menurut kabar, Tuan Guru Kapuh wafat di salah satu rumah sakit di Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan Rabu pagi sekira pukul 09.00 Wita.

Baca Juga: Ibu Hamil 8 Bulan di Magetan Meninggal Bareng Bayinya Dalam Perut Terinfeksi Covid-19

Berpulangnya Tuan Guru Kapus meninggal duka mendalam bagi warga Hulu Sungai Selatan. Semasa hidup, Pmpinan Majelis Taklim Al Hidayah dikenal sebagai sosok teladan.

Mengutip kanalkalimantan.com (jaringan Suara.com), berikut riwayat Tuan Guru Kapuh.

Tuah Guru Kapuh masih juriyat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kelampayan. Beliau lahir di desa Kapuh pada tanggal 7 Januari 1965

Ibunya bernama Hj Jauhar binti H Athaillah bin H Abdul Qadir bin H Sa’duddin atau H Muhammad Tayyib Taniran (Datu Taniran) bin HM As’ad bin Puan Syarifah binti Syekh H Muhammad Arsyad Al Banjar.

Sejak kecil ia telah dididik oleh orangtuanya dengan pendidikan agama, baik secara langsung oleh orangtuanya sendiri maupun melalui guru mengaji yang ada di desa tempat tinggalnya.

Baca Juga: Pasien Covid-19 Meninggal di Gorontalo Bertambah 13 Orang

Selesai mengenyam pendidikan formal, ia pun dikirim orangtuanya ke Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama, bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Setelah lulus dari Pondok Pesantren Gontor dan kembali ke kampung halaman, KH Muhammad Ridwan tidak langsung mengajar, tetapi sempat berdomisili di Sampit, Kalimantan Tengah untuk mencari pekerjaan.

"Namun tidak berlangsung lama kurang 3 tahun karena tidak terbiasa dengan lingkungan sekitar, akhirnya pada tahun 1989 ia pulang ke Kandangan dan kembali memperdalam pengetahuan agama dengan mengikuti pengajian-pengajian ulama lokal, dalam istilah Banjar “mengaji baduduk”, termasuk belajar tasawuf di antaranya kepada Guru H Saberi Kandangan dan Guru Muhammad Aini, Rantau," demikian seperti dikutip dari laman uin-antasari.ac.id.

Guruh Kapuh melanjutkan mengaji kitab ke Martapura kepada KH Muhammad Zaini Gani (Guru Sekumpul) pada tahun 1992,, ketika itu pengajian Guru Sekumpul masih di kampung Keraton, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar.

Selama di Martapura, selain menimba ilmu KH Muhammad Ridwan juga sempat mengajar di Sekolah Menengah Islam Hidayatullah (SMIH) Martapura dan Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK) Martapura sampai tahun 1998.

Di Sekumpul inilah, Guru Kapuh mendapatkan bimbingan tasawuf dan menjalani suluk melalui tarekat dan amalan-amalan sufi dari Guru Sekumpul.

Setelah di Martapura sekitar 6 tahun ia pulang ke kampung halaman dan mengajar di Pondok Pesantren Darul Ulum Amawang, Kecamatan Kandangan.

Membuka pengajian di Masjid Al Hidayah di samping rumahnya dan mengisi pengajian di beberapa tempat (masjid/mushalla), sambil terus menimba ilmu dengan tetap mengikuti pengajian KH Muhammad Zaini Ghani yang saat itu sudah berpindah lokasi ke Mushalla Raudhah Sekumpul.

Berbekal pengalaman mengajarnya serta metode dakwah yang ia pelajari dari seorang ulama kharismatik KH Muhammad Zaini Ghani, pengajian yang ia adakan diterima oleh masyarakat dengan baik dan antusias.

Dari waktu ke waktu pengajiannya di Masjid Al Hidayah semakin banyak didatangi jeaaah dan semakin banyak permintaan jadwal mengisi pengajian di tempat-tempat lain, puncak kemasyhuran pengajiannya di saat setelah wafatnya KH Muhammad Zaini Ghani pada tahun 2005.

Dengan adanya pengajian Guru Kapuh ini sedikit mengobati kerinduan mereka dengan Majelis Guru Sekumpul, karena kitab yang dibaca dan cara penyampaiannya ada kemiripan.

Load More