SuaraKalbar.id - Respons Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dinilai lambat terkait kebocoran 1,3 juta data dari electronics Health Alert Card (eHAC) milik mereka disayangkan oleh berbagai pihak. Termasuk dari Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) Indonesia.
"Artinya, respons dari tim Kemenkes terkait isu keamanan siber masih sangat lambat," kata Pratama Persadha yang juga Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC, dilansir dari Suara.com, Kamis (2/9/2021).
Kemenkes sendiri baru men-takedown aplikasi tersebut ketika laporan tim vpnMentor sudah sebulan berlalu kepada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Aplikasi e-HAC yang datanya terekspos ini, seperti penjelasan dari Kemenkes, berbeda dengan e-HAC yang saat ini dipakai di aplikasi PeduliLindungi.
Menurut Kemenkes, aplikasi e-HAC yang lama ini sudah tak dipakai per 2 Juli 2021. Walaupun begitu, menurut Pratama lagi, kebocoran data ini tetap disayangkan karena ada satu juta lebih data pribadi masyarakat yang terekspos.
Untuk diketahui lagi, vpnMentor mengaku mengetahui tercecernya data jutaan pengguna eHAC di sebuah open server pada 15 Juli 2021. Seminggu kemudian, mereka pun melaporkan temuan itu kepada Kemenkes.
Sayangnya, laporan itu haya diabaikan. Padahal vpnMentor berulang kali mencoba mengingatkan. Server itu baru di-takedown setelah vpnMentor menyampaikan laporan ke BSSN, sekitar 24 Agustus 2021.
"Artinya, ada waktu yang terbuang selama lebih dari sebulan karena mungkin ketidakmengertian dari sumber daya manusia (SDM) Kemenkes. Baru setelah laporan diterima BSSN, langsung dilakukan takedown," tuturnya menjelaskan.
Ia juga menyoroti developer yang diduga sebagai pihak yang oleh Kemenkes disebut sebagai mitra. Para mitra inilah yang disebut-sebut telah menyimpan data-data pengguna di server tak aman.
"Kelengahan dari developer ini mengakibatkan pemilik akun e-HAC bisa menjadi target profiling dan penipuan dengan modus COVID-19 terutama, seperti telemedicine palsu, jadi sangat berbahaya," ujarnya.
Baca Juga: BSSN: Data Pengguna eHAC Masih Aman
Dirinya menyindir hal ini meningkatkan ketidakpercayaan masyarakat kepada penanggulangan Covid-19 dan usaha vaksinasi pemerintah. Apalagi saat ini vaksinasi menjadikan aplikasi PeduliLindungi sebagai ujung tombak.
"Jadi, pasti ada kekhawatiran datanya juga bocor meski memakai e-HAC yang berbeda sesuai dengan keterangan dari Kemenkes," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
-
Trik Rahasia Belanja Kosmetik di 11.11, Biar Tetap Hemat dan Tetap Glowing
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
BRI Hadirkan Semangat Baru di USS 2025: The Name Got Shorter, The Vision Got Bigger
-
BRImo Makin Gacor, Transaksi Tembus Rp.5000 Triliun
-
KUR BRI: Bukan Sekadar Pinjaman, Tapi Katalis Ekonomi Rakyat
-
5 Link ShopeePay Gratis Paling Dicari, Langsung Klaim Saldo Hingga Rp2,5 Juta!
-
ShopeePay Bagi-Bagi Rejeki Akhir Bulan, Pas Buat Kamu yang Dompetnya Lagi Tipis!