Scroll untuk membaca artikel
Bella
Selasa, 18 Januari 2022 | 18:18 WIB
Sejumlah kapal yang tertambat akibat cuaca buruk/Suara.com/Rabiansyah

SuaraKalbar.id - Cuaca buruk membuat sejumlah nelayan yang ada di Kalimantan Barat terpaksa tidak pergi melaut, sudah hampir 2 bulanan para nelayan UPT Pelabuhan Perikanan atau Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di kawasan Jalan Pramuka Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, tidak melakukan aktivitas, untuk sementara para nelayan tersebut hanya mengandalkan sisa uang tabungan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Amad (L/53) yang merupakan salah satu nelayan cumi mengatakan jika dirinya dan para nelayan lainnya sudah hampir kurang lebih 2 bulan tidak pergi kelaut, alasannya dikarenakan faktor cuaca yang saat ini memang sedang buruk.

"Sudah hampir 2 bulan kami tidak pergi melaut dikarenakan faktor cuaca, otomatis penghasilan kami selama 2 bulan kan tidak ada, seandainya kita paksakan kelaut pun percuma pasti tidak ada hasil, untuk biaya juga bakalan tidak nutup jadi terpaksa pihak toke juga memberhentikan kapal, pihak anak buah ya seperti inilah, apa yang bisa kami kerjakan ya kami kerjakan," katanya pada selasa (18/1/2022).

Amad menyebut jika untuk menutupi kebutuhan sehari-hari dirinya hanya mengandalkan uang sisa tabungan dan juga bekerja serabutan agar bisa tetap menyekolahkan anaknya yang saat ini masih dalam masa pendidikan.

Baca Juga: UPTD PPA Kini Hadir di Kubu Raya, Bupati Muda Berharap Kewenangan Wajib Pemda Terhadap Korban Dapat Terlaksana

"Untuk biaya hidup ya kalau tidak melaut gini ya kita kerja serabutan aja yang sebisanya untuk menutup kebutuhan sehari-hari, kalau tidak bekerja maka kasihan anak-anak kami tidak bisa sekolah karena tidak ada biaya, saya tidak mau anak saya sampai tidak sekolah karena kasihan mereka kan masih butuh pendidikan, semoga cuaca segera kembali normal agar kami para nelayan dapat melaut lagi," tandasnya.

Dirinya juga menjelaskan jika biasanya mereka turun ke laut sekitar Kalimantan Barat bisa sampai 2 hingga 3 bulan.

Sementara itu Kepala UPT-Pelabuhan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat Kasianus Kimin juga membenarkan jika dengan kondisi cuaca seperti ini dan juga menjelang hari besar untuk masyarakat Tionghoa (Imlek) maka untuk sementara para nelayan tersebut tidak pergi melaut.

"Kapal yang ada di sini sekitar 176 lebih kapal dengan berbagai macam ukuran, kemarin mereka pulang dari laut sekitar kurang lebih 2 bulanan yang lalu sampai dengan sekarang, yang jelas pada saat ini mereka sedang mengistirahatkan kapalnya untuk melakukan doking atau cuci bokong kapal," imbuhnya.

Kasianus Kimin memprediksi kapal tersebut akan segera beraktivitas kembali selepas cap go meh itupun dengan dukungan cuaca.

Baca Juga: Cerita Desa Pesisir Ghana yang Tenggelam Akibat Gelombang Pasang

"Ya kalau cuaca nya sudah bagus maka mereka akan beraktivitas kembali, tapi kalau cuaca masih dalam keadaan seperti ini gelombang tinggi, angin serta curah hujan maka belum dilu lah mereka berkativitas," pesannya.

Untuk sementara ini para nelayan melakukan Docking yaitu sebuah kondisi dimana sebuah kapal berada di atas dok untuk dilakukannya perawatan ataupun perbaikan, dirinya juga menjelaskan jika untuk disni tidak ada nelayan yang menggunakan troll atau Cantrang yakni alat tangkapan yang dilarang oleh pemerintah.

"Mereka disini hanya menggunakan alat tangkap cumi, sebagian ada juga yang menggunakan jaring," jelasnya.

Sementara itu Ade Supriyatna Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak menghimbau masyarakat akan kondisi cuaca ekstrem di wilayah Kalimantan Barat akan diperkirakan hingga 20 januari 2022.

"Sementara untuk Prakiraan gelombang signifikan di wilayah Perairan Barat - Barat Laut Kalimantan Barat, diprakirakan kategori sedang - tinggi 1.25 - 4 meter," tuturnya.

Ade juga menjelaskan jika untuk kategori tinggi yakni Laut natuna Utara, Perairan Utara Natuna, dan Perairan Subi Serasan dan diprakirakan hingga tanggal 21 Januari 2022.

Kontributor: Rabiansyah

Load More