Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 10 April 2022 | 14:37 WIB
Ilustrasi lingkungan--Cagar Alam (CA) Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak. [Istimewa]

SuaraKalbar.id - Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji menjadi Keynote Speaker dalam acara Kuliah Umum Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan tema Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Indeks Desa Membangun di Kalbar sebagai Wujud Kontribusi Provinsi Penyangga terhadap Pembangunan Ibu Kota Negara.

Acara tersebut diselenggarakan di Gedung Konferensi Untan pada Sabtu (9/4/2022) kemarin. Orang nomor satu di Kalbar tersebut menyampaikan kekhawatirannya akan kondisi lingkungan dan alam saat ini.

“Saya mengkhawatirkan kondisi alam dan lingkungan di Kalbar. Kondisi Gambut yang harus kita jaga, hingga pendangkalan Daerah Aliran Sungai (DAS) di sepanjang sungai kapuas. Mari kita berfikir maju kedepan, bersama memikirkan langkah perbaikan apa yang bisa kita ambil untuk lingkungan kita. Dan saya berprinsip untuk tidak mau menjadi orang yang berperan dalam perusak lingkungan. Kita kesampingkan kepentingan politis,” tegasnya, melansir dari SuaraKalbar.co.id--Jaringan Suara.com, Minggu (10/4/2022).

Ia berharap mahasiswa menjadi agen perubahan dalam menjaga kelangsungan hidup dan ekosistem di lingkungan. Khususnya mahasiswa di Fakultas Kehutanan.

Baca Juga: Sebut Pelayanan Kesehatan Kalbar Membaik, Sutarmidji Berharap Masyarakat Tidak Perlu Berobat Sampai ke Luar Negeri

Baginya, desa binaan yang dilakukan oleh mereka harus diseriusi. Karena, memperbaiki lingkungan kemudian masyarakat di mulai dari desa.

“Mahasiswa juga bisa mengelola hutan kota, bisa bekerjasama dengan Pemda. Kemudian, kita patut bangga, sebagai contoh kualitas durian terbaik di indonesia yang ada 32 spesies, 12 nya dari Kalbar. Jadi menatap pembangunan IKN ini kita jangan jadi penonton. Contoh untuk program nasional food estate, sebenarnya apabila dihitung secara valid, Kalbar dapat menghasilkan beras lebih dari yang dibutuhkan. Hal tersebut memungkinkan kita mampu menjadi daerah penyangga untuk memenuhi kebutuhan IKN,” harapnya.

Pada kesempatannya, Sekjen Kemen LHK menyampaikan pengimplementasian Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030. Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 telah disusun secara komprehensif dan ilmiah melalui pendekatan analisis spasial, seperti indeks kualitas hutan, nilai konservasi tinggi (HCV), jasa lingkungan ekosistem tinggi, serta indeks biogeofisik (IBGF) serapan karbon maupun Karhutla.

“Folu Net Sini ini adalah semua yang telah kita lakukan selama beberapa tahun terakhir ini dan dalam mengendalikan perubahan iklim bahwa Indonesia punya komitmen kuat untuk berkontribusi menurunkan emisi yang telah ditetap sebesar 29 persen,” jelasnya.

Dirinya mengungkapkan, komitmen penurunan emisi harus dengan aksi nyata yang dilakukan dikawasan hutan baik itu hutan konservasi, hutan lindung maupun hutan produksi. Tak hanya itu tentunya kontribusi penurunan emisi ini harus melalui aksi mitigasi yang harus dilakukan oleh semua pihak.

Baca Juga: Soroti Pembangunan di Kota Pontianak, Ini Tanggapan Gubernur Kalbar Sutarmidji

Load More