Scroll untuk membaca artikel
Bella
Kamis, 08 September 2022 | 08:05 WIB
Gus Yahya. [Instagram]

SuaraKalbar.id - Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengaku bahwa dirinya sudah sering mengingatkan muslim lain agar tidak menciptakan permusuhan dengan kelompok mana pun.

Kelompok lain yang dimaksud, termasuk pada penganut aliran Wahabi atau kelompok yang dianggap radikal.

"Sama Yahudi saja saya santai, bisa engaged, kok sama sesama muslim tidak bisa," kata Gus Yahya dalam konferensi pers forum Religion of Twenty (R20) atau G20 Religion Forum di Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Menurut beliau, yang terpenting ialah mereka bersedia hidup berdampingan dan bisa menerima negara tempat mereka hidup bersama kelompok-kelompok masyarakat atau umat agama lain.

Baca Juga: Label Busana Muslim Lokal Tampilkan Koleksi Baru: Fashionable Tapi Tetap Sopan Khas Indonesia

Gus Yahya menilai, penetapan radikalisme sebagai identitas dan menghadapi kelompok radikal sebagai musuh pada akhirnya hanya melahirkan masalah baru, sementara masalah awal pun belum ditemukan solusinya.

"Kalau kita melihat ada masalah dan mau mencari jalan keluar dari masalah, ya kita harus bicara dengan pihak-pihak yang terlibat dengan masalah itu untuk mencari jalan keluar," ujarnya.

Oleh karena itu, dia mengingatkan bahwa pendekatan permusuhan sudah sepatutnya ditinggalkan oleh semua pihak.

Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga menegaskan bahwa NU menolak secara tegas segala bentuk politik identitas dan melarang NU menjadi firqah atau kelompok identitas.

"Kami menolak politik identitas apa pun, entah itu identitas etnik atau identitas agama. Tidak boleh ada politik identitas. Kami menolak itu," katanya.

Baca Juga: PBNU Soroti Kenaikan BBM, Sistem Terbuka Jadi Akar Masalah Subsidi tidak Tepat Sasaran

Menurut beliau, pendekatan tanpa memandang politik identitas itu, juga menjadi cara NU dalam menyelesaikan masalah.

Load More