SuaraKalbar.id - Masyarakat Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) tentu sudah sangat familiar dengan tugu Digulis yang berdiri kokoh di tengah bundaran Universitas Tanjungpura yang berlokasi di jalan Jenderal Ahmad Yani, Pontianak.
Tugu Digulis yang berbentuk 11 batang bambu runcing tersebut pertama kali diresmikan oleh Gubernur Kalbar, H. Soedjiman pada 10 November 1987.
Awalnya monumen tersebut diketahui hanya dicat berwarna merah dan putih namun karena dianggap lebih seperti bentuk lipstik, maka pada tahun 2006 monumen tugu Digulis mendapatkan renovasi dan berubah lebih mirip dengan bambu runcing seperti saat ini.
Berdirinya 11 batang bambu runcing tersebut bukan tanpa sebab, tugu tersebut sengaja dibangun untuk mengenang 11 tokoh pejuang yang dianugerahi gelar Perintis Kemerdekaan oleh Pemerintah RI.
Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia pada tahun 1926-1927, 11 tokoh tersebut diketahui sengaja diasingkan ke salah satu tempat pengasingan bagi penganut komunis yang berlokasi di Boven Digul, Irian yang kini diketahui berada di Papua Selatan. Oleh Belanda kamp itu didirikan untuk tokoh-tokoh yang berani dan dianggap terlibat melakukan perlawanan, khususnya peristiwa Pemberontakan PKI 1926/1927 di Banten dan Silungkang (Sumatera Barat).
Selain itu Boven Digul juga diketahui merupakan penjara alam yang memiliki banyak sarang malaria hitam yang mematikan. Sehingga asal nama Tugu Digulis diambil dari nama lokasi pengasingan tersebut yakni Boven Digul.
M. Rikaz Prabowo, dosen Sejarah Universitas Tanjungpura, menyebutkan bahwa 11 tokoh asal Kalbar tersebut awalnya merupakan para anggota yang tergabung dari organisasi ‘merah’ atau komunis yang bernama Sarekat Rakyat (SR).
“SR adalah organisasi sayap dari PKI, jadi 11 tokoh ini awalnya menganut paham komunisme. Kita di kalbar tuh ada 11 tokoh kiri yang dijadikan tugu, namun kita gak bisa menyamakan perjuangan komunis antara tahun 1926-1927, dengan tahun 1948 dan tahun 1965,” ujar Rikaz kepada suara.com, Kamis (17/8/23).
Rikaz menjelaskan, meskipun berideologi kiri, tujuan SR memiliki perbedaan dengan gerakan komunis yang terjadi usai kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Fakta-fakta Kemerdekaan RI yang Jarang Diketahui, Kubur Foto Proklamasi di Bawah Pohon
“Peristiwa Gerakan 30 September 1965 dianggap salah karena indonesia sudah merdeka, dan dalam pendapat umum juga disebutkan melawan negara. Tahun 1948, pemberontakan PKI Madiun, itu juga salah karena indonesia sedang mempertahankan kemerdekaan, mereka malah menikam balik pemerintahan yang sah,” jelas Rikaz.
Berbeda dengan gerakan komunis di akhir tahun 1926 hingga awal tahun 1927, apalagi mengingat Negara Indonesia dan ideologi Pancasila kala itu belum dikemukakan, maka dengan tegas Rikaz menyebut gerakan komunis pada tahun tersebut merupakan gerakan untuk melawan Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Menurut saya itu perjuangan yang bisa dicatat dalam tinta emas bersejarah karena tahun 1926 Indonesia belum ada, Pancasila belum ada, tetapi pada intinya mereka orang-orang yang memberontak pada saat itu melawan Belanda, adalah orang-orang yang ingin merdeka dan mendirikan Indonesia, apapun ideologinya,” tambah Rikaz.
Organisasi-organisasi pergerakan nasional kala itu memang mendasarkan perjuangannya pada paham tertentu, seperti Pan Islamisme, Liberalisme, Nasionalisme, dan tentu saja Komunisme.
Mengutip dari riwajat.id, sejak berdirinya pada tahun 1924, SR banyak melakukan propaganda, agitasi, ataupun kritik-kecaman pada Pemerintah Hindia-Belanda dan tokoh-tokoh bangsawan feodal yang dianggap turut memperburuk penderitaan rakyat.
Sehingga gerakan SR lebih banyak diaktualisasikan dalam surat kabar dan forum-forum diskusi yang bertujuan selain untuk melakukan tekanan kepada pemerintah kolonial, juga berupaya untuk mewujudkan kesadaran nasionalisme rakyat agar dapat berjuang bersama menuju kemerdekaan Indonesia.
Berita Terkait
-
Fakta-fakta Kemerdekaan RI yang Jarang Diketahui, Kubur Foto Proklamasi di Bawah Pohon
-
Gunakan Pakaian Dayak Ajudan Jokowi di Sidang MPR Ternyata Putra Kalbar, Ini Sosok Kompol Syarif Fitriansyah
-
LIVE STREAMING: Prosesi Kirab Bendera Merah Putih dari Monas ke Istana
-
Mengenang Peristiwa Kapal Terbang 9, Pengeboman Jepang Demi Kuasai Pontianak
-
Mengenang Sejarah Pertempuran Rakyat Melawan Pasukan Belanda di Cangkringan
Terpopuler
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Jay Idzes Masih Cadangan, Eliano Reijnders Sudah Gacor
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Agustus: Ada 10.000 Gems dan Pemain 108-111 Gratis
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- 55 Kode Redeem FF Max Terbaru 17 Agustus: Klaim Skin Itachi, Diamond, dan Item 17-an
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Memori 512 GB Harga di Bawah Rp 5 Juta, Pilihan Terbaik Agustus 2025
-
Carut Marut Penyelenggaraan Haji RI Mulai Kuota Hingga Transparansi Dana
-
Berani Banget! Alex Pastoor Bikin Heboh Publik Belanda Gegara Ucapannya
-
10 HP Kamera Terbaik Agustus 2025, iPhone Kalah dari Merek Ini
-
Fakta Unik A-Z Padel: Olahraga Hits yang Bikin Penasaran
Terkini
-
BRI Taipei Branch Diresmikan: Layanan Perbankan Praktis untuk PMI di Taiwan
-
BRI Permudah Akses Hunian, Tawarkan Suku Bunga KPR 2,40% di Expo Bandung 2025
-
Peringati Kemerdekaan, BRI Tunjukkan 8 Langkah Nyata Perkuat Kesejahteraan dan Kemandirian Bangsa
-
BRI Bina Pengusaha Muda, Gulalibooks Menembus Pasar Literasi Anak Asia Tenggara
-
Produk UMKM Binaan BRI Tembus Bandara, Bukti Kualitas dan Daya Saing Lokal