Scroll untuk membaca artikel
Bella
Kamis, 27 Juni 2024 | 18:00 WIB
Sekda Ketapang Alexander Wilyo saat menghadiri Ritual Adat Meruba, Ngase Minyak dan Ganti Ompint Pusaka Bosi Koliknk Tungkat Rayat Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik Tahun 2024, di Laman Sengkuang, Desa Benua Kerio, Kecamatan Hulu Sungai, Selasa (25/6/2024). (Ist)

SuaraKalbar.id - Pada tanggal 25 Juni 2024, Sekretaris Daerah Kabupaten Ketapang, Alexander Wilyo, yang juga menjabat sebagai Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh, turut menghadiri Kegiatan Ritual Adat Meruba di Desa Benua Kerio, Kecamatan Hulu Sungai. Acara ini merupakan bagian penting dari tradisi adat Kerajaan Hulu Ai'k yang kaya akan sejarah dan kebudayaan.

Asal Usul dan Sejarah Ritual Adat Maruba

Ritual Adat Maruba merupakan upacara tradisional yang dilakukan untuk membersihkan dan merawat Pusaka Kerajaan Hulu Ai'k. Tradisi ini bermula sejak zaman Raja Siak Bahulun, yang dikenal dengan gelar Todung Rosi, yang merupakan cikal bakal Kerajaan Tanjung Pura Kuno. Putri beliau, Putri Dayang Putung atau dikenal sebagai Putri Junjung Buih, kemudian menikah dengan Prabu Jaya dari Kerajaan Singosari, dan Prabu Jaya mendirikan Kerajaan Tanjung Pura pada masa kejayaan Majapahit.

Raja Siak Bahulun dihormati oleh rakyatnya karena kebijaksanaan dan ketegasannya dalam memimpin. Ritual Adat Maruba terus diwariskan dan dilaksanakan hingga saat ini di era Raja ke-51, Petrus Singa Bansa.

Peranan Patih Jaga Pati dalam Ritual Adat Maruba

Pada tahun 2024, Alexander Wilyo diangkat sebagai Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Ai'k, dengan gelar Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua oleh Raja Ke-51 Petrus Singa Bansa. Perannya penting dalam menjaga kelangsungan ritual ini sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Kerajaan Hulu Ai'k.

Baca Juga: Perempuan Dayak Siap Berkontribusi dalam Pembangunan IKN Nusantara

Mengapa Ritual Adat Maruba Penting bagi Kerajaan Hulu Ai'k?

Kerajaan Hulu Ai'k merupakan satu-satunya kerajaan suku Dayak yang masih ada hingga saat ini, dengan bukti nyata berupa keberadaan Pusaka-Pusaka Kerajaan dan Prasasti Lingga yang berisi tulisan sansekerta. Ritual Adat Maruba tidak hanya menjaga kebersihan dan keaslian pusaka-pusaka ini, tetapi juga menjadi simbol keberlanjutan dan kebanggaan atas warisan budaya yang kaya dan berharga bagi masyarakat Ketapang dan sekitarnya.

Mendukung dan Memajukan Ritual Adat Maruba

Dukungan terhadap Ritual Adat Maruba bukan hanya soal menjaga warisan budaya, tetapi juga mempromosikan dan memperkenalkan kekayaan budaya ini sebagai ikon yang membanggakan bagi daerah ini. Semoga upacara ini terus diwariskan dan dipelihara untuk generasi mendatang, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sejarah dan identitas budaya masyarakat Kerajaan Hulu Ai'k.

Dengan demikian, melalui upacara Ritual Adat Maruba, Kerajaan Hulu Ai'k mempertahankan dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikannya sebuah teladan dalam pelestarian budaya lokal yang patut diapresiasi oleh semua pihak.

Load More