SuaraKalbar.id - Aktivitas penambangan bauksit yang semakin masif di wilayah Tayan, Kalimantan Barat, telah menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan, terutama pada kualitas air Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia.
Ahmad Syukri, aktivis lingkungan dari Link-Ar Borneo, mengungkapkan bahwa sejumlah perusahaan tambang seperti PT Aneka Tambang (Antam), PT Bintang Tayan Mineral, dan PT Kapuas Bara Mineral telah mengepung pesisir Sungai Kapuas dengan tumpukan bauksit hasil eksplorasi. Hal ini menyebabkan air sungai berlumpur dan mengganggu kesehatan masyarakat setempat.
"Limbah dari pertambangan ini membuat air sungai berlumpur dan menyebabkan iritasi kulit bagi warga, karena sungai ini masih menjadi sumber utama air bersih untuk mandi dan mencuci," jelas Ahmad dalam sebuah pernyataan di Pontianak, Rabu (2/10).
Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, kerusakan ekosistem sungai akibat pencemaran ini juga mempengaruhi perekonomian lokal.
Nelayan yang bergantung pada Sungai Kapuas melaporkan penurunan drastis hasil tangkapan ikan dan udang, yang menjadi mata pencaharian utama mereka. Ahmad menambahkan bahwa hilirisasi bauksit yang didorong pemerintah justru memperburuk situasi.
Sungai Kapuas tidak hanya menjadi korban pencemaran dari pertambangan bauksit, tetapi juga dari anak sungai di Tayan yang terpapar limbah serupa.
Bob Glorius, vokalis band LAS! sekaligus aktivis lingkungan, turut prihatin dengan situasi ini. Menurutnya, potensi ekowisata Sungai Kapuas bisa menjadi alternatif ekonomi hijau, namun pencemaran yang terjadi mengancam keberlanjutan lingkungan dan kehidupan warga.
"Sungai Kapuas bisa menjadi destinasi ekowisata yang mendukung ekonomi hijau, namun industri ekstraktif telah merusak lingkungan dan merampas hak dasar masyarakat atas air bersih," ujarnya saat mengikuti susur sungai bersama Trend Asia dan Link-Ar Borneo.
Dalam kunjungan tersebut, Arko Tarigan, juru kampanye dari Trend Asia, mempertanyakan manfaat hilirisasi mineral bagi masyarakat lokal.
Baca Juga: KPU Kalbar Tetapkan Batas Pengeluaran Dana Kampanye Pilgub 2024 Rp87,8 Miliar
"Warga sekitar tambang lebih membutuhkan lingkungan yang bersih untuk bertahan hidup, bukan sekadar janji hilirisasi yang hanya menguntungkan segelintir pihak," katanya.
Dengan pencemaran yang semakin parah, langkah tegas dari pemerintah dan perusahaan pertambangan sangat diperlukan untuk melindungi Sungai Kapuas dan masyarakat sekitarnya. Jika tidak, ancaman terhadap lingkungan dan kesejahteraan warga akan terus berlanjut. (Ant)
Berita Terkait
-
KPU Kalbar Tetapkan Batas Pengeluaran Dana Kampanye Pilgub 2024 Rp87,8 Miliar
-
Sah! 65 Anggota DPRD Kalbar Periode 2024-2029 Resmi Dilantik, Ini Daftarnya
-
Minsen dan Subhan Nur Ditunjuk Sebagai Pimpinan Sementara DPRD Kalimantan Barat
-
5 Tempat Wisata Unggulan di Kalimantan Barat yang Wajib Dikunjungi
-
Siap-siap! Pontianak Berlakukan Larangan Kantong Plastik Mulai 2025
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
BRI Perkuat Sektor Produktif UMKM dengan Penyaluran KUR
-
4 Pejabat KPU Karimun Ditetapkan Jadi Tersangka Korupsi Dana Hibah
-
Kepala Patung Soekarno di Indramayu Miring gegara Tertimpa Tenda
-
Pawai Cap Go Meh 2026 di Pontianak Digelar Setelah Salat Tarawih
-
BRI Perkokoh Kemitraan Strategis dengan SSMS untuk Tingkatkan Skala dan Keberlanjutan Industri Sawit