SuaraKalbar.id - Suku Dayak adalah penduduk asli Pulau Kalimantan yang telah mendiami wilayah ini sejak ribuan tahun lalu.
Di Kalimantan Barat (Kalbar), mereka tersebar di berbagai daerah, dari pedalaman, pegunungan, hingga pesisir.
Masyarakat Dayak terdiri dari banyak subetnis seperti Iban, Kanayatn, Taman, dan Kendayan, yang masing-masing memiliki adat dan bahasa sendiri.
Asal Usul dan Jejak Sejarah
Bukti arkeologis dan catatan kolonial menunjukkan bahwa masyarakat Dayak telah tinggal di wilayah hulu sungai Kapuas, Melawi, dan sekitarnya sejak masa prasejarah.
Mereka hidup dari bertani, berburu, meramu, dan menangkap ikan. Catatan Belanda abad ke-19 menggambarkan masyarakat Dayak memiliki struktur sosial dan hukum adat yang terorganisir.
Istilah "Dayak" awalnya digunakan untuk menyebut kelompok masyarakat pedalaman Kalimantan yang tidak menganut agama besar pada masa itu.
Seiring waktu, istilah ini menjadi identitas kolektif bagi berbagai suku asli Kalimantan, meskipun terdapat perbedaan bahasa, budaya, dan wilayah.
Tradisi dan Sistem Sosial
Rumah panjang atau rumah betang menjadi simbol penting dalam kehidupan Dayak.
Rumah ini dihuni oleh beberapa keluarga besar dan mencerminkan nilai kebersamaan serta gotong royong yang kuat.
Baca Juga: Kalbar Gebrak Pasar Malaysia! Siap Ekspor 1.000 Ton Beras Premium Tahun Ini
Kehidupan bersama di rumah panjang juga menjadi pusat kegiatan adat, musyawarah, hingga upacara keagamaan.
Sebagian masyarakat Dayak masih menganut kepercayaan asli bernama Kaharingan, yang menghormati alam, roh leluhur, dan kekuatan gaib.
Meskipun banyak yang kini memeluk Kristen atau Islam, unsur Kaharingan tetap terlihat dalam berbagai upacara seperti Naik Dango (syukuran panen), Tiwa (ritual kematian), dan Gawai Dayak (perayaan budaya).
Dalam kesenian, suku Dayak dikenal dengan ukiran khas, tato sakral, anyaman rotan, serta tarian-tarian tradisional seperti Tari Mandau dan Tari Kancet.
Seni ini bukan sekadar hiburan, tapi sarat nilai spiritual dan simbolik.
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Modernisasi membawa tantangan bagi kelangsungan budaya Dayak. Banyak generasi muda meninggalkan bahasa ibu dan tradisi lokal.
Berita Terkait
-
Kalbar Gebrak Pasar Malaysia! Siap Ekspor 1.000 Ton Beras Premium Tahun Ini
-
Lebih dari Sekadar Ibadah, Begini Masyarakat Kalbar Rayakan Keberkahan Haji dengan Tradisi Lokal
-
Kabupaten Bengkayang Jadi Tuan Rumah Anugerah Pesona Indonesia 2025, Kalbar Raih 9 Nominasi
-
Cemburu Jadi Motif Penyiraman Air Keras terhadap Kabid RSJ Kalbar, Polisi Tetapkan Tiga Tersangka
-
Kalbar Siap Kirim 2.519 Jemaah Haji Tahun Ini, Berikut 10 Doa Mustajab di Tanah Suci
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
BRI Tegaskan Komitmen Dorong UMKM Naik Kelas di PRABU Expo 2025
-
Holding UMi Aktif Dampingi Pelaku Usaha Mikro Agar Naik Kelas
-
Perluas Jangkauan Kesehatan, BRI Peduli Salurkan Ratusan Unit Ambulans di Seluruh Indonesia
-
Selaras dengan Asta Cita, BRI Perkuat Ekonomi Desa Melalui Program Desa BRILiaN
-
Konsistensi BRI Salurkan BLTS, KUR, dan Dukung Program MBG hingga FLPP Wujudkan Kesejahteraan Rakyat