Semah Laut, Ritual Sarat Makna Warga di Kepulauan Karimata Kalbar

Ada serangkaian prosesi saat ritual Semah Laut.

Husna Rahmayunita
Jum'at, 09 April 2021 | 10:36 WIB
Semah Laut, Ritual Sarat Makna Warga di Kepulauan Karimata Kalbar
Ritual Semah Laut di Kepulauan Karimata, Kayong Utara, Kalimantan Barat. (Suara.com/Ocsya Ade CP)

SuaraKalbar.id - Ritual sarat makna dijalani warga Desa Padang, Kecamatan Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Ritual tersebut bernama Semah Laut.

Semah laut bak menjadi sebuah tradisi yang digelar setiap tahun oleh warga Kepulauan Karimata. Tujuannya yakni untuk menjaga kelestarian alam sekaligus sebagai tanda syukur kepada Sang Pencipta.

Semah Laut dilakukan dengan memberi sesajen kepada 'penunggu' laut ini dipercayai bisa menolak marabahaya dan dapat memberi keberkahan bagi masyarakat di sana. Namun, ada pantangan yang harus ditaati.

SuaraKalbar.id sempat mengikuti rangkaian ritual Semah Laut ini. Mulai dari persiapan, tarian hantu, mengarungi jong (perahu/kapal kecil), perang, hingga selesai ritual. Bahkan, juga ikut mentaati pantangan selama berada di sana.

Baca Juga:Dinkes Sleman Imbau Warga Gelar Tradisi Padusan di Rumah Saja

"Ini tradisi budaya masyarakat Desa Padang sudah ada sejak moyang buyut kami," ungkap Saputra, orang yang dipercayai sebagai dukun darat Desa Padang, belum lama ini.

Saputra adalah generasi kedua. Ia mendapat panggilan jiwa untuk meneruskan posisi ayahnya sebagai dukun darat. Saputra sendiri sudah 12 tahun menjadi dukun darat di sana.

"Jadi kata kami di sini, tradisi Semah Laut untuk buang setan atau hantu. Supaya pencarian kita di laut dan darat, hasilnya bagus. Memang di laut kita banyak hasil, tapi setelah Semah Laut, penghasilan tambah meningkat," jelasnya.

Ritual Semah Laut di Kepulauan Karimata, Kayong Utara, Kalimantan Barat. (Suara.com/Ocsya Ade CP)
Ritual Semah Laut di Kepulauan Karimata, Kayong Utara, Kalimantan Barat. (Suara.com/Ocsya Ade CP)

Semah Laut, digelar setiap tanggal 4 April. Ini sudah menjadi adat dan budaya di sana sejak puluhan tahun silam. Tidak bisa dibuang atau ditinggalkan, karena sudah turun temurun dari orang tua hingga ke cicit.

"Harus dilaksanakan tanggal itu juga, tidak bisa diubah-ubah lagi," katanya.

Baca Juga:Tradisi Sadranan Jelang Ramadan, Warga Berdoa di Bekas Keraton Kartasura

Dalam pelaksanaan Semah Laut ini, persiapannya dimulai dari 1 April. Sama seperti tahun 2021 ini dan tahun-tahun sebelumnya. Sejak itu, dukun darat maupun laut sudah membuat perangkat yang akan digunakan saat hari H. Seperti membuat balai (replika rumah) dan jong.

"Kami dari tanggal 1 April mulai membuat papan untuk balai. Balai ini menunjukkan semangat semah kampung, kalau tidak ada ini tidak ada semah kampung. Kemudian membuat perahu atau jong yang akan diarungkan," jelasnya.

Sementara berdasarkan KBBI, semah adalah sajian (berupa makanan, kepala kerbau dan sebagainya) yang diberikan kepada orang halus (roh jahat) dengan berbagai-bagai maksud.

Di Desa Padang, balai yang dibuat Saputra ini bentuknya seperti rumah. Ukurannya sekira satu meter persegi. Di dalamnya terdapat nasi berbentuk pocong, ketan berbagai warna, lilin, kemenyan, telur, sirih, rokok, bahan makanan berbentuk atau disebut lempeng dan lainnya.

"Pemberian lempeng dalam balai ini sebagai upaya kita agar tidak ada lagi penyakitnya. Kalau nasi supaya kampung itu bagus dan alamnya juga bagus," terangnya.

Pada intinya, pelaksanaan Semah Laut ini untuk menjaga kampung di darat maupun di laut agar terhindar dari hal-hal gaib.

"Kadang-kadang kalau kita tidak jaga atau laksanakan tradisi ini, (hal negatif) bisa muncul. Makanya dijaga oleh masyarakat Desa Padang," tutur Saputra.

Tahun ini, adalah tahun terakhir Saputra menjadi dukun darat. Karena, posisi dia akan digantikan oleh keponakannya yang sudah mendapat panggilan jiwa. "Nanti penerusnya keponakan saya. Itu panggilan jiwa untuk bisa menggantikan atau jadi penerus dukun," tuturnya.

Pantangan dan Sejarah

Sehari sebelum ritual Semah Laut, siapa pun yang ada di Desa Padang harus mentaati pantangan. Seperti, tidak boleh melaut bagi nelayan setempat. Kemudian di daratan tidak boleh ada yang memanjat pohon atau mematahkan ranting. Karena, saat itu hantu dan roh jahat berkeliaran.

Bagi yang melanggar pantangan ini, tentu ada sanksi yang dijatuhkan. Jadi, jika ada yang melanggar pantangan sampai hari H, akan dijatuhkan sanksi membayar denda uang Rp 2,5 juta dan ketupat 200 butir. Ancaman ini agar tidak ada yang melanggar. Karena, jika pantangan dilanggar akan mendatangkan musibah bagi pelanggar atau warga setempat.

Ritual Semah Laut di Kepulauan Karimata, Kayong Utara, Kalimantan Barat. (Suara.com/Ocsya Ade CP)
Ritual Semah Laut di Kepulauan Karimata, Kayong Utara, Kalimantan Barat. (Suara.com/Ocsya Ade CP)

"Kalau tidak sengaja kita bisa pertimbangkan. Pantangannya ini berlaku sejak H-1. Selama satu hari itu tidak boleh melaut atau melanggar pantangan lain. Denda bagi pelanggar itu nanti untuk sesembahan juga," tegasnya.

Kalau di daerah sini, kata Saputra, hantunya cukup banyak. Biasanya mengganggu anak-anak. Tapi, ada juga roh halus yang kerap merasuki dukun di sana. Untuk memberi tanda.

"Kalau gangguan itu kadang-kadang ada perasaan yang tidak bagus. Bisa merasuki orang yang dipercayai bisa menjadi dukun kampung, tidak ke masyarakat biasa. Misalnya di kampung kita ada orang jahat mau masuk, maka dukun kerasukan," ujarnya.

Sejak itulah, setiap kali kerasukan disampaikan komunikasi meminta diadakan dukun untuk adat istiadat yang kini dinamai Semah Laut. "Kalau  tidak dilaksanakan, maka kampung bakal diambil roh jahat. Jadi, kepala desa bikinlah dukun, sampailah dukun turun ke saya," ujarnya.

Pembuatan Balai dan Jong

Balai yang dibuat oleh Saputra di Dusun Tanjung Ru selama tiga hari ini nantinya dibawa ke Dusun Padang. Boleh saja jika diangkut menggunakan kendaraan melalui jalan darat. Asal tidak ada isi di dalam balai tersebut. Setibanya di lapangan yang menjadi pusat ritual Semah Laut, balai akan diisi sesajenan.

"Kalau sudah ada isi di dalam balai, pada hari H nanti kita bawa lagi lewat jalan laut. Dari Dusun Padang ke Tanjung Ru lewat jalan laut. Paling tidak jalan di bibir pantai dan harus tersentuh air laut," ceritanya.

Setibanya di Tanjung Ru, balai ini disimpan di kawasan Tanah Merah. Sebuah kawasan yang angker di Desa Padang. "Setiap tahun di situ. Di sana daerahnya angker, benda ini tidak bisa dititip di mana-mana cuma di Tanah Merah," terangnya.

Sementara jong dibuat oleh Jabar. Lelaki paruh baya ini adalah warga Dusun Padang yang dipercayai bisa membuat jong. Karena hanya dia yang lihai.

"Adanya Pulau Karimata, tradisi ini sudah ada. Jadi saya tidak bisa menjelaskan dari asal mulanya. Saat bujangan, saya sudah ikut pengerjaan pembuatan jong ini. Sampailah sekarang, tidak ada yang lain bisa bikin selain saya," jelas Jabar.

Dalam tradisi Semah Laut, harus ada jong untuk melengkapi balai. Kalau tidak pakai jong, artinya pelaksanaan Semah Laut tidak pas. Maka, warga setempat bisa saja dapat musibah dan penghasilan laut maupun darat kurang. "Makanya harus diadakan dan lengkap setiap tahun pada tanggal 4 bulan 4. Ini harus dilaksanakan," bebernya.

Pembuatan jong ini, kata Jabar, memakan waktu selama sepekan. Karena, harus mencari kayu yang tidak boleh sembarangan. Harus ringan dan sesuai kriteria. Meski sulit, kata Jabar, jong harus dibuat sebagai pelengkap Semah Laut. 

"Dulu pernah ditinggalkan (Semah Laut) selama tiga tahun. Lalu masyarakat kena serangan penyakit sampai meninggal dan hasil laut kurang. Maklumlah waktu itu masyarakat awam, jadi banyak alasan sampai tradisi ini ditinggal. Karena itulah, Semah Laut kembali digelar lagi," tuturnya.

Di sisi lain, kaum perempuan di desa ini juga disibukkan membuat hiasan untuk jong dan makanan yang disimpan di dalamnya. Rapiah salah satunya. Perempuan 70 tahun ini ditemui sedang menganyam daun kelapa. "Ini daun kelapa. Kami anyam untuk hiasan kapal atau jong," ucapnya.

Daun kelapa yang dianyam membentuk pedang, keris dan macam-macam. "Jadi kami bagi tugas. Ada yang buat balai di Tanjung Ru, ada yang buat jong dan bikin nasi lempeng-lempeng kecil di Padang," bebernya.

Rapiah mengaku, sudah lama bergelut membuat anyaman ini ketika saat Semah Laut tiba. Ia mulai membuat anyaman ini dikala umurnya masih 15 tahun. Kini usianya memasuki 70 tahun. "Saya dari 15 tahun sudah ikut karena datok saya jadi dukun, saya cucu dukun," ucapnya.

Artinya, tradisi ini sudah ada sekitar lebih dari 60 tahun yang lalu. Dan, kini masih dilestarikan. "Tidak boleh tidak," tegasnya.

Sebelum jong diarungkan ke laut dan balai disimpan di Tanah Merah pada keesokan harinya, keduanya harus melalui ritual pada malam hari.

Tarian Hantu

Pada malam hari menjelang pelaksanaan inti dari Semah Laut, jong dan balai dihadirkan di lapangan yang menjadi pusat ritual. Para dukun darat dan laut berkumpul di sana untuk membacakan mantra dan mengisi sesajen di dalam jong dan balai. Isi dari balai dan kapal jong itu sama tapi bacaannya lain.

"Ritual malam ini untuk memanggil (roh halus) baik di gunung, laut dan di mana pun tempat. Mereka dipanggil dan disatukan. Setelahnya baru kita beri makan (sesajen)," jelas Ketua Dukun Desa Padang, Sudirman.

Dalam ritual malam ini juga ada tarian yang dilakukan muda-mudi di sana. Tarian itu disebut tarian hantu yang diiringi pukulan gendang dan gong. Para menari mengenakan topeng dan pakaian yang dibuat dengan bahan seadanya.

"Menari pakai topeng itu adatnya. Menggambarkan itu hantu itu. Supaya hantu itu bisa nyerap, adatnya memang dulu begitu. Jarang yang kesurupan (kerasukan), soalnya kita jaga. Sebelum itu dia (penari) dijaga jangan sampai kesurupan," katanya.

Dalam tarian hantu ini juga menggambarkan bahwa ada roh yang ingin menghancurkan atau mengambil alih balai maupun jong. Karena ada dukun yang berjaga, maka upaya jahat itu dapat digagalkan.

Setelah melewati rangkaian ritual malam, keesokan paginya balai dibawa ke Tanah Merah. Dari lapangan tempat ritual malam ini, balai digotong ke Tanah Merah dengan melewati bibir pantai. Tidak boleh melewati daratan. Artinya, warga yang menggotong harus berjalan di pandai dan menyentuh air laut.

Sementara jong diarungkan atau dilepaskan di Tanjung Serunai. Jong yang sudah dibacakan mantra ini dapat berjalan dengan sendirinya. Tanpa mesin atau dorongan manusia.

Sesaat jong ini dilepas ke lautan, ia tenggelam. Itu menandakan bahwa pelaksanaan Semah Laut berjalan dengan lancar dan kampung akan mendapat kebaikan. Karena, seperti sebelumnya, jika jong kembali arah ke lokasi pelepasan, artinya ada syarat yang belum terpenuhi. "Jong nanti dilepaskan dari pinggir pantai, nanti dia bisa berlayar sendiri," tutur Sudirman.

Selain itu, pada hari H ini, dua kapal nelayan juga ikut dalam ritual mengelilingi pulau-pulau yang ada di Kepulauan Karimata. Para nelayan singgah di pulau yang sudah ditentukan untuk memberi sesajen.

"Sesajen yang diberikan berbeda di masing-masing tempat. Kalau di sini ada Raja Manaf dan Raja Bujang. Kan berlainan, maka dari itu kalau Raja Bujang makannya nasi hitam, Raja Manaf putih," jelas dia.

Sudirman menambahkan, Semah Laut adalah tradisi yang terus dipertahankan sejak lebih dari setengah abad lalu. Penutup dari Semah Laut ini adalah perang.

"Jadi nanti dua kapal yang berkelilingan tadi akan ketemu di Tanjung Serunai. Warga di kapal itu saling lempar pakai buah pinang, buah paku. Ibaratnya perang. Tapi tidak ada permusuhan. Adatnya memang seperti itu," katanya.

Tujuan dari semua ritual ini, lanjut Sudirman mengatakan, adalah untuk kasih makan dan memanggil jenis tidak kelihatan yang selama ini bisa menolong.

"Yang jahat kita tidak dipanggil karena tidak ada gunanya. Ini semua supaya kampung kita tenang, aman anak-anak, cucu, dan rezeki dari laut mungkin datang melimpah-limpah," kata Sudirman.

Semua rangkaian ritual ini pun selesai. Semua pantangan sudah dicabur. Artinya, masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa dan bersiap-siap mendapat hasil yang melimpah.

Saat dua kapal yang berperang ini bertemu, hari pun hujan. Bupati Kayong Utara, Citra Duani yang menyaksikan serangkaian ritual ini pun menceletuk.

"Langsung turun hujan. Artinya ini bagus," celetuknya.

Kontributor : Ocsya Ade CP

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini