Jadi Favorit saat Ramadhan, Intip Proses Pembuatan Lemang Khas Pontianak

Cara buat Lemang makanan khas Pontianak cuku simpel.

Husna Rahmayunita
Rabu, 21 April 2021 | 14:00 WIB
Jadi Favorit saat Ramadhan, Intip Proses Pembuatan Lemang Khas Pontianak
Proses pembuatan lemang, makanan khas Pontianak. (Suara.com/Ocsya Ade CP)

SuaraKalbar.id - Setiap bulan Ramadhan, penganan khas daerah mengisi etalase-etalase di pasar atau kantin juadah. Di Kota Pontianak, ada makanan khas yang difavoritkan warga, namanya lemang

Kali ini, Anda diajak melihat proses pembuatan Lemang makanan khas Pontianak  yang jadi incaran di bulan suci Ramadhan.

Lemang dibuat dari ketan yang biasa disebut pulut oleh warga Pontianak. Bahan dasar ini kemudian dicampur santan. Proses masaknya simpel yakni dengan memasukkan adonan ke dalam ruas bambu dan dibakar.

SuaraKalbar.id belum lama ini mencoba melihat proses pembuatan lemang khas keluarga Rabuansah, di rumahnya. Warga Jalan H Rais A Rahman, Gang Selamat Satu Dalam, Kecamatan Pontianak Kota ini merupakan salah satu pembuat lemang yang ada di Pontianak.

Baca Juga:Pindah Agama Kristen, Netizen Julid Salmafina Pernah Mau Pakai Cadar

Pria 50 tahunan ini mengatakan, dia harus dibantu keluarga untuk pembuatan lemang, karena banyak proses yang dilewati untuk menjadikan makanan unik ini.

"Proses produksi lemang cukup unik. Dimulai dari penyiapan beras ketan (pulut) yang sudah dicuci sebagai bahan baku utama," jelas lelaki yang akrab disapa Iwan ini.

Proses pembuatan lemang, makanan khas Pontianak. (Suara.com/Ocsya Ade CP)
Proses pembuatan lemang, makanan khas Pontianak. (Suara.com/Ocsya Ade CP)

Kemudian, menyiapkan bambu sebagai wadah untuk menampung adonan beras ketan. Bambu harus dipotong sesuai ruas lalu dicuci bersihkan. Jika tidak begitu, bisa menyebabkan miang atau gatal. Bambu juga harus khusus, tidak boleh asal-asalan atau tebal.

Untuk mendapatkan bambu yang pas, memiliki ruas kurang lebih 50 sentimeter dan diameter seperti kaleng susu, Iwan harus pergi ke daerah Ambawang, Segedong bahkan Bengkayang.

"Bambu pembuatan lemang ini merupakan bambu khusus dengan ruas yang panjang. Bambu ini kami beli dengan harga tujuh ribu rupiah per batang. Pembelian bahkan kita lakukan biasa dengan mobil truk," jelas Iwan.

Baca Juga:Dikirimi Makanan oleh Pacar via Ojol, Malah Menangis Kesal karena Ini

Ruas bambu yang sudah dipotong-potong, kemudian dibersihkan dilapisi dengan daun pisang. Proses yang paling rumit sepertinya ketika memasukan daun pisang ke dalam ruas bambu. Untuk orang awam, mungkin proses pada fase daun pisang ini perlu berkali-kali mencobanya.

Daun pisang berfungsi agar pulut tidak melekat langsung ke dinding bambu ketika sudah masak. Untuk daun pisang, juga tidak boleh asal-asalan. Harus daun yang muda. Gunanya, agar mudah dibentuk saat dimasukkan ke dalam bambu.

Sekarang, memang sulit mencari daun pisang muda. Karena, pada bulan Ramadan ini banyak juga orang yang menggunakan daun pisang muda untuk membuat penganan lain. Inilah yang menjadi tantangan Iwan.

Setelah bambu dilapisi daun pisang siap, rendaman beras ketan yang sudaj ditiriskan dimasukkan ke dalamnya.

Selanjutnya, ruas bambu berisi pulut didirikan di atas tungku. Kemudian masukan santan yang sudah dicampur bumbu khas ke dalam ruas bambu itu. Proses pembakaran yang memakan waktu tiga hingga lima jam.

Dalam proses ini mesti berhati-hati. Posisi ketika dibakar, bambu berisi adonan itu harus vertikal atau berdiri. Peletakan setiap ruas bambu berisi adonan juga harus rapat.

Suhu pada api harus stabil. Agar panasnya merata membakar semua bagian pada lemang. Makanya harus dibolak balik satu per satu bambu. Bahkan pekerja produksi lemang yang merupakan warga sekitar Gang Selamat Satu Dalam ini, tak menghiraukan banyaknya kepulan asap. Seakan sudah seperti menjadi temannya.

Setelah dipastikan masak, lemang baru bisa dinikmati. Keluarkan lemang dari dalam bambu. Bambunya bisa dibelah atau dipotong. Lemang lebih nikmat kalau masih hangat.

Pada Ramadhan ini, setiap harinya Iwan membuat adonan beras ketan sebanyak 125 kilogram. Karena pesanan sudah mulai banyak.

"Sekarang sudah mulai banyak pesanan. Setiap hari rata-rata jumlah lemang yang dibuat sebanyak 230 batang," jelas Iwan.

Jumlah tersebut, masih kurang untuk mencukupi permintaan masyarakat. Rata-rata penjual lemang yang duluan mendatangi tempat produksi untuk membeli dan menjual kembali.

"Satu batang lemang kami jual seharga 25 ribu rupiah. Satu bambu lemang memiliki panjang 50 sentimeter dengan diameter ukuran kaleng susu," terangnya.

Kondisi ini, jauh berbeda pada hari biasa. Dalam proses penjualannya, ia harus menjajakan sendiri ke pasar-pasar. Itu pun tidak banyak. Paling hanya sekitar 20 sampai 30 batang lemang.

Namun, di bulan penuh berkah ini, ia tak perlu khawatir. Pembeli yang mengantre di rumahnya untuk mendapatkan kelezatan kudapan tradisonal khas Iwan. Menjelang lebaran, kata Iwan, kadang produksi bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari kondisi normal.

"Hari biasa proses produksi sekitar 20 hingga 30 bambu. Di bulan Ramadan ini produksi meningkat hingga 230 batang lemang," jelasnya.

Meski ketiban orderan, Iwan memastikan tak mengurangi komposisi sehingga mempengaruhi rasa khas lemang olahannya. Ia selalu menjaga kepercayaan konsumen. Apalagi produksi sudah digeluti lebih dari 30 tahun. Sejak dia masih bujangan.

"Lemang saya mementingkan kualitas rasa, sehingga menjadi pembeda dengan lemang lainnya. Produksi lemang dengan dua varian yakni isian kacang dan polos. Lemang saya ini mampu bertahan selama tiga hari," tutupnya.

Itulah proses pembuatan Lemang, makanan khas Pontianak.

Kontributor : Ocsya Ade CP

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini