SuaraKalbar.id - Keunikan rumah betang Suku Dayak di Kalimantan. Fakta unik rumah betang yang jarang diketahui orang.
Rumah betang sering disebut rumah radakng di Kalimantan Barat (Kalimantan Barat). Rumah ini rumah adat Suku Dayak.
Suku Dayak merupakan salah satu suku yang mendiami Pulau Kalimantan. Seperti suku-suku lain yang ada di Indonesia, Suku Dayak memiliki rumah adat tersendiri.
Rumah adat Suku Dayak dikenal dengan nama Rumah Betang. Biasanya, Rumah Betang dapat dijumpai di perkampungan Suku Dayak yang berada di sekitar hulu sungai. Bentuknya memanjang dan terbuat dari kayu.
Baca Juga:Jadwal PPDB Kalimantan Barat 2021 dan Sekolah Terbaik di Kalbar
Berikut ini keunikan rumah betang, rumah adat suku Dayak, seperti dihimpun berbagai sumber.
1. Memiliki sebutan yang berbeda-beda
Suku Dayak tersebar di seluruh Pulau Kalimantan. Mereka berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Meskipun sukunya sama, setiap daerah memiliki sebutan untuk rumah betang berbeda-beda.
Kalimantan Timur, rumah adat ini disebut sebagai lou atau lamin. Di Kalimantan Barat, rumah betang disebut sebagai rumah panjang, rumah radakng, atau rumah panjai. Di Kalimantan Utara, rumah betang disebut sebagai lamin atau baloi. Di Kalimantan Tengah, rumah ini disebut sebagai lewu. Sementara itu, di Kalimantan Selatan, rumah betang dikenal dengan nama balai.
2. Memiliki bentuk yang panjang
Baca Juga:Tips ke Malaysia lewat Jalur Darat, Rute dan Syarat Menembus Perbatasan
Rumah betang ini memiliki bentuk yang cukup unik. Bangunannya berbentuk rumah panggung yang memanjang. Biasanya, rumah ini dibangun dengan ketinggian 3 hingga 5 meter.
Struktur ini dipilih untuk melindungi diri dari banjir, musuh, dan binatang bias. Panjangnya pun cukup mencengangkan, yakni 100 hingga 150 meter, bahkan terkadang lebih. Hal ini disebabkan, rumah betang dihuni oleh beberapa kepala keluarga yang bisa mencapai ratusan jiwa. Semakin banyak yang menghuni, semakin memanjang dan besar rumah tersebut.
3. Tidak sembarang membangun
Dalam membangun rumah betang, ada aturan tersendiri yang harus dipatuhi. Untuk pembangunanya, hulu rumah harus menghadap matahari terbit yang menandakan bahwa mereka pekerja keras yang harus bekerja seharian.
Kemudian, hilir rumah harus menghadap ke matahari tenggelam. Hal ini menandakan bahwa kerja suku Dayak harus selesai ketika matahari terbenam. Pada malam hari, tangga di rumah betang diangkat.
Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dengan mengangkat tangga masuk, berarti menghalau gangguan hantu dan serangan ilmu supranatural yang jahat.
4. Ornamen rumah betang
Selain ukurannya, rumah betang memiliki ornamen yang khas, yakni terdiri dari tiang yang tingginya mencapai 3 hingga 5 meter. Di setiap rumah akan dipimpin oleh seseorang yang disebut Pambakas Lawu.
Pada bagian dinding terbuat dari kayu dengan arsitektur jengki dan atap pelana memanjang. Rumah ini juga hanya menggunakan kayu khusus yang berasal dari Kalimantan, yakni kayu ulin. Ornamen dan hiasan yang menjadi ciri khas rumah betang tampak pada ruangan paling depan.
Di sana, biasanya ada sejenis totem yang disebut sapundu. Totem ini digunakan untuk mengikat binatang ketika dilakukan upacara adat.
Di samping itu, ada patung yang disebut Rancak yang diletakkan di dekat pintu. Sementara itu, biasanya rumah betang diukir dengan ukiran khas Dayak di tiang dan dindingnya.
5. Pembagian ruangan rumah betang
Pembagian ruangan rumah betang tidaklah sembarangan. Setiap ruang memiliki fungsi masing-masing. Ada ruang yang disebut sebagai sado, yakni tempat untuk musyawarah.
Kemudian, ada ruang yang disebut padong yang digunakan sebagai ruang keluarga dan ruang tahu. Kemudian, di bagian tengah tidak boleh ada yang mendiami selain ketua atau sesepuh adat.
Itulah 5 keunikan rumah betang suku dayak.
Kontributor : Sekar Jati