SuaraKalbar.id - Umumnya masyarakat di hari pertama Hari Raya Idul Fitri menyajikan lontong dan ketupat kepada sanak-keluarga yang datang di rumah. Tapi lain halnya bagi masyarakat Jawa di Desa Kayuara, Pongok dan Kerohok, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak.
Masak ketupat dan lepat ketika di hari keenam dan ketujuh lebaran atau yang dikenal istilah Bodo Kecil (lebaran kecil) baru bisa dilakukan.Hal itu dikhususkan dan disebut sebagai lebaran ketupat.
“Jika di Jawa, memang sudah menjadi tradisi bodo kecil ini, kita di Kalbar sebagai pendatang yang sudah menetap sejak lama. Juga masih menjalankan tradisi lebaran ketupat ini,” ujar Jaidi seorang warga Jawa di Pongok, melansir dari SuaraKalbar.co.id--Jaringan Suara.com, Minggu (8/5/2022).
Ia mengaku tidak mengetahui makna lebaran ketupat secara persis. Ia hanya mengikuti ajaran orangtuanya, dan hal itu katanya juga diwariskan secara turun-temurun.
Baca Juga:Apa Itu Lebaran Ketupat? Ini Asal-Usul Tradisi Setelah Lebaran Idul Fitri
Pastinya, ketika lebaran ketupat warga membuat masakan ketupat beras dan lepat dari pulut. Selain ada acara ritual pembacaan doa di masjid dan surau, pastinya ketupat dibuat untuk dimakan bersama keluarga dan tamu-tamu lainnya.
“Jadi, kalau saat hari pertama dan kedua lebaran cukup kue dan makan nasi saja. Nah, di hari ke tujuh ini baru makan ketupat. Cara saji tergantung yang masak, ada pakai sayur, sambal kecap, sate, dan lainnya,” tuturnya.
Ada banyak jenis ‘klongsongan’ atau istilah bahasa Jawa soal bungkus ketupat. Misalnya ketupat luar, ketupat sinto, ketupat bata, dan ketupat kodhok.
Perbedaan nama masing-masing ketupat didasarkan pada cara pembuatannya yang memiliki pola berbeda. Nama ketupat dalam bahasa Jawa disebut ‘kupat’ dan mempunyai makna antara lain ‘ngaku lepat’ yang artinya mengaku bersalah.
Untuk diketahui, bodo kupat, dilakukan satu minggu setelah lebaran Idul Fitri. Lalu, ada 2 istilah hari raya di bulan Syawal, yaitu bodo lebaran dan bodo kupat.
Baca Juga:Bukan di Dapur, Warganet Ini Kaget Ibunya Gantung Ketupat di Kamar Mandi
"Orang Jawa memang biasa menyebut hari raya dengan kata bodo atau bakda. Kedua istilah “bodo” ini konon diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga," terangnya.
Biasanya pada tanggal 2 Syawal atau lebaran hari kedua, umat muslim mulai melakukan puasa sunnah Syawal sampai dengan tanggal 7 Syawal. Nah bodo kupat ini merayakan keberhasilan melaksanakan puasa Syawal selama enam hari.
Pada saat itu masyarakat membuat ketupat untuk diantarkan kepada sanak kerabat sebagai keberasamaan. Ketupat sendiri, dalam filosofi Jawa, bukan hanya sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan, yaitu lebaran, luberan, leburan, laburan.
Dari situ, ia menegaskan tradisi lebaran ketupat bagi masyarakat Jawa di Kabupaten Landak perlu dipertahankan. Karena menurutnya tradisi ini sangat unik.
"Di mana ada lebaran khusus ketupat yang dirayakan masyarakat jawa. Paling tidak untuk mengobati rasa rindu berkumpul bersama keluarga untuk menjalin silaturahmi," pungkasnya.