Hati-Hati, Melukai Diri Sendiri Menjadi Tanda Darurat bagi Penderita Depresi Berat

Ada zat kimia atau neurotransmitter yang kita sebut dopamin, di otak itu dia keluar. Dan itu menimbulkan ketenangan yang sesaat atau kita sebut temporary relief

Bella
Minggu, 11 September 2022 | 12:05 WIB
Hati-Hati, Melukai Diri Sendiri Menjadi Tanda Darurat bagi Penderita Depresi Berat
ilustrasi depresi - Depresi yang berat bisa memicu seseorang untuk memiliki pikiran dan perilaku melukai dirinya sendiri (self harm) serta keinginan untuk mengakhiri hidup(freepik.com)

SuaraKalbar.id - Dokter spesialis psikiatri dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ mengungkapkan bahwa depresi yang berat bisa memicu seseorang untuk memiliki pikiran dan perilaku melukai dirinya sendiri (self harm) serta keinginan untuk mengakhiri hidup atau pikiran tentang kematian (suicide).

Dirinya menyebutkan, tindakan melukai diri sendiri (self harm) menjadi tanda darurat penderita depresi berat yang sesungguhnya meminta dan membutuhkan pertolongan lebih lanjut.

“Self harm itu adalah suatu crying for help. Ketika orang berusaha melukai dirinya atau sampai dia mela. ukan tindakan bunuh diri, mereka sebenarnya sedang menangis minta tolong, di mana bantuan, di mana pertolongan, di mana pendampingan yang seharusnya bisa mereka dapatkan dalam hidup mereka,” katanya dalam webinar yang diikuti dari Jakarta, Sabtu.

Menurutnya Lahargo, depresi, self harm, dan suicide saling berkaitan serta membentuk siklus yang seolah-olah tanpa ujung apabila seseorang tidak segera mendapatkan pertolongan dari profesional.

Baca Juga:Apakah Anda Pemimpin yang Baik? Ketahui Dengan Memilih Gambar Ini

Menurut Lahargo, siklus tersebut bermula ketika seseorang mengalami penderitaan emosional (emotional suffering) seperti stres hingga depresi.

Jika hal tersebut tidak teratasi, maka beban mental emosional semakin bertumpuk hingga menyebabkan suatu kepanikan.

“Dan kalau seseorang sudah mengalami kepanikan secara psikologis, dia harus mencari exit plan, dia harus dengan cepat mengatasi kepanikan itu. Salah satu yang mungkin dia lakukan adalah self harm, dia seolah-olah tidak punya opsi yang lain,” jelasnya.

Lahargo menerangkan, ketika seseorang melukai dirinya sendiri, maka akan timbul temporary relief atau perasaan ketenangan dan kenyamanan sesaat tetapi sesungguhnya tidak menjawab masalah yang sebenarnya sedang dihadapi.

“Ada zat kimia atau neurotransmitter yang kita sebut dopamin, di otak itu dia keluar. Dan itu menimbulkan ketenangan yang sesaat atau kita sebut temporary relief,” katanya.

Baca Juga:Tes Kepribadian: Nilai Anda sebagai Pemimpin Tercermin dari Gambar Wanita yang Anda Pilih.

Siklus kemudian berlanjut dengan munculnya perasaan malu, bersalah, berdosa, bahkan kecewa. Hal ini, kata Lahargo, akan memperberat emotional suffering atau beban pikiran yang dirasakan.

“Dan siklus ini akan terus berputar apabila tidak ada pertolongan yang mereka kemudian dapatkan,” kata Lahargo.

Selain menyakiti diri sendiri, depresi juga berisiko menimbulkan keinginan untuk melakukan bunuh diri bagi penderita. Lahargo mengatakan keinginan mengakhiri hidup dapat muncul karena tidak ada bantuan yang selama ini penderita harapkan.

“Seseorang yang melakukan bunuh diri, hanya ingin mengakhiri konflik yang mereka alami itu dengan cepat sehingga kita perlu memberikan bantuan ini dan perlu dengan komprehensif penanganan ini tentunya dilakukan,” ujarnya.

Lahargo menegaskan pentingnya penderita untuk mendapatkan terapi untuk depresi dan pikiran bunuh diri melalui bantuan profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, serta pekerja sosial. Sebelumnya, profesional nantinya akan melakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang dialami penderita.

Sejumlah terapi yang dapat diberikan di antaranya termasuk mengatur pola hidup sehat, manajemen stres yang baik, serta support system atau dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas.

Apabila diperlukan, terapi dapat pula berupa psikofarmaka seperti obat anti-depresan, psikoterapi, terapi stimulasi seperti penggunaan alat electro convulsive theraphy (ECT) dan transcranial magnetic stimulation (TMS), rehabilitasi psikososial, serta treatment-resistant depression.

“Ketika seseorang mengalami depresi atau bunuh diri, ada harapan untuk bisa pulih, berfungsi, dan produktif kembali. Jadi coba akseslah layanan-layanan ini agar depresi dan bunuh diri ini bisa teratasi,” ungkap Lahargo. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini