Begini Ritual Nyobeng di Tradisi Suku Dayak Bidayuh Bengkayang

Ritual Nyobeng merupakan tradisi yang masih tegak dan dijaga oleh masyarakat Suku Dayak Bidayuh

Muhammad Yunus
Senin, 08 Januari 2024 | 16:37 WIB
Begini Ritual Nyobeng di Tradisi Suku Dayak Bidayuh Bengkayang
Ilustrasi Suku Dayak. [Ist]

SuaraKalbar.id - Ritual Nyobeng merupakan tradisi yang masih tegak dan dijaga oleh masyarakat Suku Dayak Bidayuh di daerah Kampung Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Ritual ini bukan sekadar upacara, melainkan suatu ekspresi syukur dan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ‘Tipaiakng’ dalam bahasa Suku Dayak Bidayuh. Mengusung makna yang dalam, Ritual Nyobeng mencerminkan kearifan lokal dan sejarah panjang perjalanan Suku Dayak Bidayuh di wilayah ini.

Asal-usul dan Makna Ritual Nyobeng

Ritual Nyobeng berasal dari kata Nibakng atau Sibang, yang memiliki arti kegiatan ritual yang besar dan penuh makna.

Baca Juga:Mengenal Sosok Mansau, Panglima Burung asal Kalbar yang Ikut Andil dalam Pembuatan Lambang Burung Garuda

Ritual ini tidak sembarangan dilaksanakan, melainkan dipandu oleh tahapan-tahapan khusus. Nibakng terbagi menjadi dua pengertian utama.

Pertama, sebagai kegiatan tahunan terbesar untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tipaiakng, atas berkat panen padi yang melimpah bagi masyarakat Suku Dayak Bidayuh.

Kedua, sebagai ritual penghormatan terhadap kepala manusia yang dihasilkan dari tradisi mengayau, dengan tetap mengutamakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Tahapan-tahapan dalam Ritual Nyobeng

1.Paduapm: Memanggil Roh Leluhur

Baca Juga:Mengenal Rumpun Suku Dayak Kanayatn Berbahasa Melayik di Kalimantan Barat

Ritual dimulai pada pukul 04.00 subuh di rumah Baluk yang dipimpin oleh ketua adat. Tahap awal disebut Paduapm, yang berarti memanggil atau mengundang roh-roh leluhur untuk turut hadir dalam ritual Nyobeng. Pada tahap ini, izin dan restu dari leluhur diharapkan sebelum ritual dilanjutkan.

2.Penyambutan Tamu: Simbol Kehormatan dan Kesucian

Ritual penyambutan tamu adalah bagian yang penuh makna. Ketua adat bersiap dengan sesajian, dan tamu harus menjalani ujian dengan melemparkan anjing dan ayam ke udara. Tamu harus menebas keduanya dengan Mandau hingga mati. Ini adalah simbol dari keberanian dan penghargaan terhadap hidup.

3.Ritual Pepasan: Ujian Kehati-hatian Tamu

Ritual pepasan di mana tamu harus menginjak buah kundur dan batang pisang yang telah dibelah, menandakan kehati-hatian mereka. Diikuti dengan melemparkan telur ayam, dan jika telur pecah, tamu dianggap datang dengan tulus.

4.Tarian Simaniamas: Penghormatan untuk Para Pembela Tanah Leluhur

Sebelum memasuki area rumah Baluk, para tamu disemprot dengan air yang telah diberi mantra untuk melindungi dari bencana. Tarian simaniamas sebagai pengantar untuk menyambut dan menghormati para pembela tanah leluhur yang baru datang.

5.Pemotongan Kepala Hewan: Simbol Penghormatan Terhadap Para Leluhur

Ritual Nyobeng mencapai puncaknya dengan pemotongan kepala anjing dan ayam di bawah rumah Baluk. Darah ayam diambil sebagai sesajian kepada leluhur. Prosesi dilanjutkan dengan tarian dan musik simaniamas sebagai bagian dari ritual utama, yaitu memandikan tengkorak manusia hasil mengayau.

Kontributor : Maria

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini