Dalam pertemuan tersebut, Gusti Aman mengusulkan agar pembentukan pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Divisi IV ini dalam bentuk satu Proklamasi 17 Mei. Penyusunan Teks awalnya ditugaskan kepada Maxim Le Miaty (P Arya-Munir) kemudian disempurnakan lagi bersama.
Agar lebih keras lagi isinya sebagai kalimat penutup, H Aberanie Sulaiman menambahkan kata-kata: ”Dan jika perlu diperjuangkan sampai tetesan darah yang penghabisan“.
Konsep asli Proklamasi 17 Mei ditulis dengan huruf-huruf balok dengan menggunakan tinta merah dan disimpan Gusti Aman dan hilang ketika Gusti Aman (di kemudian hari) ditahan oleh gerombolan Ibnu Hadjar.
Konsep teks proklamasi ini lantas ditandatangani Pimpinan Umum Hassan Basry, dianggap sebagai lembaran yang asli.
Dalam rapat di ‘kota Ambarawa’ (Telaga Langsat) sebenarnya tidak hanya memutuskan memproklamasikan Pemerintah Gubernur Tentara guna mengatasi masalah politik, tata pemerintahan dan masyarakat.
Ada keputusan lainnya yakni mengatur ekonomi dengan mendirikan koperasi-koperasi dan koperasi terpusat.
Dengan tujuan mengubah struktur ekonomi kolonial ke perekonomian revolusioner. Kemudian menembus tirai besi NICA agar perjuangan di Kalimantan dapat didengar dan diketahui Republik Indonesia dan dunia.
Pada malam hari tanggal 15 ke16 Mei 1949 selesailah teks proklamasi itu dan ditik oleh Romansi.
Pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 1949, kira-kira pukul 10.00 pagi dibuat proses verbal mengenai musyawarah dan laporan rumusannya, ditanda tangani H Aberanie Sulaiman, Budhigawis, Maxim Le Miaty dan Romansi.
Baca Juga: 2.241 Narapidana di Kalbar Terima Remisi Lebaran, 9 Orang Langsung Bebas
Pada hari itu pula Gusti Aman, Maxim dan Hasnan Basuki ditugaskan membawa dokumen itu kepada Pimpinan Umum Hassan Basry di Niih –salah satu desa di wilayah pegunungan Meratus, saat ini masuk wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Tempat di mana Hassan Basry berada hanya diketahui Hasnan Basuki.
Pada 16 Mei 1949, kira-kira jam lima sore, rumah persembunyian Hasnan Basuki dapat ditemukan di Jambu Hulu, di rumah Guru Idar. Rombongan bermalam satu malam di sini, baru keesokan harinya mereka berangkat pada tanggal 17 Mei 1949 ke Hulu Banyu, melewati Lumpangi, Batantangan dan baru tiba pada sore harinya menjelang magrib di Niih.
Selanjutnya rombongan bertemu dengan Pimpinan Umum Hassan Basry dan ajudannya Tobelo di Niih. Rombongan menyerahkan dokumen kepada Pimpinan Umum. Setelah mendapat persetujuan Pimpinan Umum, barulah Proklamasi 17 Mei ditanda tangani Hassan Basry sebagai Gubernur Tentara.
Proklamasi 17 Mei tersebut kemudian dibacakan oleh Pimpinan Umum dalam suatu upacara di Mandapai yang dihadiri pasukan penggempur, anggota Markas Pangkalan terdekat dan masyarakat setempat. Berita proklamasi ini disebarkan dalam bentuk pamflet ke seluruh daerah.
Kemudian teks proklamasi tersebut berhasil ditempel pada tanggal 20 Mei 1949 dan membuat gempar masyarakat Kandangan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kompak! Puluhan Analis Rekomendasikan Beli Saham BBRI
-
Hingga Agustus 2025, BRI Salurkan KUR Rp114,28 Triliun
-
Mendagri Tito Ajak Warga Siskamling, Publik: yang Maling Uang Rakyat kan Pejabat Negara
-
BRI Cari Wirausaha Tangguh Lewat Program Pengusaha Muda BRILiaN 2025
-
BRI Gelar News Fest 2025, Ajang Jurnalistik Menuju Fellowship Journalism 2026