SuaraKalbar.id - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Pemprov Kalbar) telah menetapkan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sebesar Rp 34 ribu atau naik 1,44 persen. Merespons penetapan tersebut, Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Kalbar menyatakan penolakan.
Penolakan tersebut disampaikan Ketua Korwil KSBSI Kalbar Suherman.
“Untuk itu, kami dari KSBI Kalbar menolak dengan kenaikan UMP Kalbar pada tahun 2022,” katanya seperti dikutip Suarakalbar.co.id-jaringan Suara.com.
Dalam pernyataannya, dia mengungkapkan penyesalannya karena peran serikat buruh dilemahkan oleh pemerintah dengan diberlakukannya Undang-undang Cipta Kerja.
Baca Juga: Pemprov Kalbar Didesak Tindak Tegas Perusahaan Nakal yang Tak Bayar Gaji Sesuai UMP
“Peran serikat buruh dalam penetapan UMP saat ini telah dilemahkan oleh pemerintah pusat dengan adanya undang-undang Omnibus Law atau UU Cipta Kerja,” katanya.
Dia membandingkan dengan penentuan UMP sebelumnya, saat UU Cipta Kerja belum berlaku. Dia mengungkapkan, sebelumnya pihak serikat buruh bisa melakukan negosiasi sehingga ada celah dalam pengupahan sektoral.
Kekinian, dia mengemukakan, tidak bisa lagi. Lantaran, semua sudah menggunakan rumusan tingkat atas dan bawah, konsumtif dan sebagainya. Apalagi kondisi tersebut diperparah dengan kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok.
Dengan demikian, kenaikan upah yang hanya sebesar Rp 34 ribu sangat tidak relevan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok di pasaran saat ini. Lebih lanjut, dia berharap, penetapan UMP berdasarkan petumbuhan ekononomi dan inflasi nasional yang masih lebih layak, tidak seperti yang diputuskan pemerintah saat ini.
”Apalagi, tahun 2021 tidak ada kenaikan karena Pandemi Covid-19, dan kami berharap ada kenaikan di tahun 2022, karenakan sudah ada geliat ekonomi, oleh sebab itu kami dari KSBSI sepakat menolak UMP yang berdasarkan PP Nomor 36 tahun 2021 Tentang Pengupahan,” katanya.
Baca Juga: Didemo Buruh, Gubernur Sumsel Janji Tinjau Ulang UMP Usai Omnibus Law Ditangguhkan
Selain itu, ia juga mendorong Presiden Jokowi segera mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) ketenagakerjaan.
Berita Terkait
-
Daftar UMP 2025 Seluruh Indonesia, Resmi Berlaku Naik 6,5 Persen Sejak 1 Januari!
-
Polemik UMP: Upaya Resolusi Konflik Buruh dan Pengusaha oleh Pemerintah
-
Resmi! Pemprov DKI Tetapkan Upah Minimum Sektoral 2025, Segini Rinciannya
-
Tingkat Kemiskinan Tinggi, Jawa Tengah Juga Juara soal Pemberian Upah Paling Murah se-RI
-
Resmi! UMP Jakarta Rp5,39 Juta, Naik 6,5 Persen
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Solusi Pinjaman Syariah Tanpa Riba, Tenor Panjang dan Plafon Sampai Rp150 Juta!
-
Dear Petinggi BEI, IHSG Memang Rapuh dan Keropos!
-
Harga Emas Antam Berbalik Lompat Tinggi Rp23.000 Hari Ini, Jadi Rp1.777.000/Gram
-
Wall Street Keok, IHSG Diprediksi Melemah Imbas Perang Dagang Trump vs Xi Jinping
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
Terkini
-
Waspada Beras Oplosan! Ini Cara Membedakan Beras SPHP Asli dan Palsu
-
Polresta Pontianak Bongkar Kasus Pengoplosan Beras SPHP, 6 Ton Disita dan Satu TersangkaDiamankan
-
Tips Servis Mobil Pasca Mudik Lebaran agar Tetap Prima
-
Tips Servis Motor Pasca Menempuh Jarak Jauh agar Tetap Tangguh
-
Uang Mahar Rp50 Juta Ludes Terbakar, Dadan Warga Kubu Raya Tetap Teguh Lanjutkan Pernikahan